sana yang merawatnya? Aku rindu ketika aku naik gerobak
pergi ke pasar dengan melewati pemakaman umum
bersanding dengan kuburan Cina.Â
Ia selalu bercerita tentang keberaniannya melawan ketakutan tengah malam dengan membawa ku melewati jalan itu untuk ke pasar karena tak ada jalan lain selain satu- satunya jalan itu. Terkadang bercerita konyol tentang pocong menikah dengan kuntilanak. Kadang pula bercerita ributnya orang pasar. Aku rindu ketika aku naik kapal Fery Merak Bakauheni, melihat ombak, melempar koin pada bocah yang berada di laut, kami menyebutnya anak laut.
Aku rindu suasana kampung yang damai, jauh dari
hiruk pikuk, aku rindu ketika Ramadhan tiap warga berjejer
berjualan. Aku rindu masakan Amak dan aku rindu ingin mencium keningnya. Oh Amak... Alfatihah untuk mu, Mak Saidah.
Hikhikkkk, huffttt!!!
***
Azan Maghrib mengiringi perjalanan pulangku. Air
sungai di seberang rumah terasa sejuk saat kaki menginjak