Salah Menaruh Rasa
Hayuningtyas Permata Asri
Pusara itu masih merah dan basah. Wangi air mawar, kamper dan harum tubuh itu masih melekat di indra penciumanku. Aroma terapi daun salam dan pandan berpadu dalam balutan busana kuruang (baju adat Minang) dan lilik(penutup) di kepalanya.
Plukkk!!!
Beberapa helai kelopak kamboja jatuh dari pokoknya mengenai wajahku. Membangunkanku dari lamunan. Wuhhh!!! Dadaku terasa begitu sesak.Â
***
Sepekan lagi Ramadhan tiba.
"Nak, sebentar lagi kita landing. Bunda harap sesampainya di sana jangan kau banyak bicara ya."Â
Debu, putra bungsuku hanya mengangguk saja.Â
Mungkin ia lelah perjalanan yang cukup panjang.Â
Aku pulang dengan rasa kesal, kecewa, bangih (marah)