Mohon tunggu...
kahfi pongq
kahfi pongq Mohon Tunggu... -

minum kopi, baca, dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Iis

22 Juli 2013   20:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:11 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekembali Iis dari Rumah Sakit,cacat permanen menimpanya. Iis tak lagi dapat berjalan normal, kaki kirinyapincang, berbagai pengobatan alternatif ia lakoni, tapi nihil hasil. Uangpesangon plus ganti rugi dari pabrik sudah habis, uang itupun diberikan berkatjasa Drs. Mahmud dan Pak Zul.

-Sabar Is, ini memang sudahjalannya, ikhlas aja, pabrik hanya beri pesangon segini. Kalimat dari Drs.Mahmud dan sokongan Pak Zul coba menguatkan Iis.

Dari kejadian tersebut, entahmengapa kian hari hubungan Iis dan Hamid tampak renggang. Iis kerap tak acuhterhadap Hamid, begitupun Rokhayah dan saudara-saudara Iis. Rutinitas pagi,mengantar Iis ke pabrik sudah tak ada lagi. Emak Hamid juga melarang anaknyaberdekatan lagi dengan Iis.

-Jangan susahkan diri lu,Mid.  Emak mengingatkan  Hamid.

Hamid limbung dengan segalakejadian dan situasi yang terjungkir tiba-tiba. Hamid merasakan benih cintakepada Iis sejak duduk di bangku SD dulu, lantas bertumbuh sebagai bunga-bungasaat remaja, menjelma bebuah ranum dan sebentar lagi mereka petik bersama.

Dengan keadaan Iis seperti ini,Hamid lebih tak ingin Iis menjalani kemalangan sendirian. Tapi ia tak beranimelangkahi petuah orang tua hingga ia rencana dikawinkan dengan gadis desatetangga yang konon masih famili jauh.

Iis terancam hidup sebagai perawantua. Seperti berputus harapan, ia tak lagi mau  berdandan, kebanyakan mengurung diri. Dengankondisinya, Rokhayah yang makin menua semakin cerewet menyuruhnya ini dan itu.Menghadapi kemelut hidup, Iis hanya bisa berdiam. Ia kian awas terhadap tiap ucapan,Iis takut mendapat balas ucapan  menyengat dari sanak saudara.

Hamid ingat kejadian tengah malamterakhir itu, pekan sebelum masa hiruk pikuk kampanye tiga partai surut. Iismengajak Hamid bertemu. Ia memaksa Hamid mengantar ke jalan besar, rute utamamenuju desa dari sebelah utara, yang menghubungkan arus kendaraan dari Ibukotake selatan.

Sampai di pinggiran jalan, Iismeminta Hamid menurunkannya di sebuah Wartel, tepat samping Pom Bensin,berhadapan dengan toko bangunan yang lama setelahnya hangus terbakar dandijarah.

Ia memaksa Hamid meninggalkannyasendiri. Iis hanya mengatakan menunggu jemputan.

-Siapa? Hamid bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun