Mohon tunggu...
Ashabul Kahfi
Ashabul Kahfi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Psikologi Pendidikan, Paradigma dan Entitas Problematika Remaja

29 Agustus 2018   14:36 Diperbarui: 29 Agustus 2018   15:21 1189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Berbicara tentang remaja, tentu tak bisa dilepaskan dari problematika yang sedang dihadapinya. Remaja  dan problematika merupakan sebuah entitas yang tidak terpisahkan satu sama lain.

Remaja sendiri memiliki satu tempat yang istimewa di dalam tahap perkembangan manusia.

Bagaimana tidak, disebut remaja karena baru beranjak dari fase anak-anak, dan belum menginjak pada fase dewasa.

Dengan kata lain remaja dalam tahap perkembangan merupakan fase transisi dari fase anak-anak menuju fase dewasa.

Fase remaja sendiri merupakan fase yang identik dengan kekacauan, kekalutan, penuh emosi, dan stigma negative lainnya yang dialamatkan oleh masyarakat kepada remaja.

Dalam literatur ilmu psikologi, Erik erikson dalam teorinya menyebutkan bahwa pada fase remaja, individu mengalami krisis identitas atau kekacauan identitas.

Individu mulai mennggali lebih jauh siapa dirinya, dan juga mulai mencoba untuk mengambil peranan dalam suatu struktur masyarakat.

Pada krisis identitas ini, individu akan mengalami distorsi ego sehingga tak jarang dari fase ini banyak orientasi remaja yang justru diwujudkan menjadi sebuah perilaku maladaptive karena kegagalan individu dalam mengintegrasikan bakat dan aspek psikosisal di lingkungan tempat individu berada. Entah di lingkungan sekolah, keluarga, ataupun masyarakat.

Dalam kacamata psikologi pendidikan, teori behavioristik masih dipandang sebagai teori yang memberikan sumbangsih terbesar dalam proses pembelajaran kita saat ini.

Percaya atau tidak, kita harus mengakui bahwa pendidikan kita saat ini masih berkiblat pada teori behavioristik yang menekankan pada kedisplinan dari setiap peserta didik.

Dari jenjang pendidikan terendah (TK) sampai jenjang pendidikan paling tinggi yaitu universitas, behavioristik masih menjadi alternative terbaik dalam membentuk karakter peserta didik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun