Mohon tunggu...
Ahmad Kafil Mawaidz
Ahmad Kafil Mawaidz Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Ajarkanlah sastra pada anak-anakmu, agar anak pengecut jadi pemberani - Umar bin Khattab

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sinau di Negeri Maiyah

2 April 2018   09:34 Diperbarui: 8 April 2018   20:35 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Giliran Kyai Muzzammil, beliau menuturkan bahwa tidak ada hadits yang mengharamkam musik, yang ada itu malahi, sesuatu yang melalaikan kepada allah. jadi bukan musiknya yang diharamkan, namun akibat dari kita menikmati sesuatu sehingga lalai kepada-Nya lah yang tidak diperbolehkan. Setelah pemaparan Kyai Muzammil selalesai, dilanjutkan dengan respons dari Mas Sabrang. 

Mas Sabrang merenspon tafsir yang sebelumnya ditanyakan Mbah Nun kepada Kyai Muzzammil bahwa sebenarnya siapa saja boleh menafsirkan Al-Qur'an. Tapi hal itu tidak untuk dibenar-benarkan kepada orang lain, atau orang lain harus mengikuti tafsirnya, kalau tidak maka orang itu salah. Menurutnya, tafsir adalah apapun yang ada di luar diri kita. Jadi kita tidak pernah benar-benar mengenal orang lain, itu hanya impresif diri kita terhadap orang lain. Kalau benar-benar mengenal orang lain, maka kamu tidak akan kecewa.

Acara selanjutnya diisi dengan lagu dari kiai kanjeng 'Dunia La Tarham' dan diteruskan dengan musikalisasi Puisi oleh Pak MushofaW.Hasyim featKiai Kanjeng dengan judul 'Taun Banyu, Banyu mili'. Sebelum musikalisasi Puisi, Mbah Nun sendikit meceritakan pengalaman beberapa perjalanan Kiai Kanjeng di Luar Negeri. Beberapa pelajaran dari Pak Is yang kita ambil adalah, Pak Is itu orangnya kalau ngene ya ngene dengan kata lain Pak Is itu orangnya sangat disiplin, sangat teguh pendiriannya, sangat berdaulat atas dirinya. Beliau selalu siap sebelum waktunya atau intime pada rundown atau jadwal yang sudah ditetapkan oleh manajemen Kiai Kanjeng saat acara dimana-mana. Mocopat Syafa'at berakhir kala itu sekitar setengah empat waktu setempat.

Begitulah beberapa pelajaran yang dapat saya ambil dan terekam memori pikiran dari perjalanan di Negeri Maiyah pada Bulan Maret lalu. Mohon maaf atas ke-tidakruntut-an atau ke-tidakteratur-an sesi pada maiyahan yang teralur sesuai ingatan saya. Semoga masih diberi kesempatan belajar lagi di Negeri Maiyah pada kesempatan yang akan datang dan akhir kata, Salam, Shodaqta Shodaqta Shodaqta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun