Mohon tunggu...
Ahmad Kafil Mawaidz
Ahmad Kafil Mawaidz Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Ajarkanlah sastra pada anak-anakmu, agar anak pengecut jadi pemberani - Umar bin Khattab

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sinau di Negeri Maiyah

2 April 2018   09:34 Diperbarui: 8 April 2018   20:35 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah pemaparan mas Harico selesai, berakhir pula sesi diskusi pertama dan dilanjutkan perform dari teman-teman Kandank Jurank Doank bersama Dik Doank. Ini pertama kalinya saya berjumpa langsung dengan Dik, setelah lama sejak masa kecil sering melihat di televisi swasta nasional sebagai presenter.

Sebelum membawakan lagu ikhlas itu indah, Dik menyapa jamaah dengan ilustrasi kisah nabi Ibrahim dan ismail sewaktu dialog sebelum proses penyembelihan. 

Dik bertanya, siapa yang lebih hebat? nabi Ibrahim atau Nabi Ismail? para jamaah saling besahutan, ada yang menjawab Ibrahim dan tak jarang pula yang menjawab Ismail. Kemudia Dik menginterupsi, bukan keduanya namun yang hebat adalah ibu Siti Hajar. Bayangkan ibu siti hajar ditinggalkan oleh nabi Ibrahim di dataran tandus mekkah bersama Ismail tanpa diberi bekal yang cukup dan belum tau kepastian kapan kembali. 

Tiba-tiba kembali membawa berita kepada anaknya mendapat perintah tuhan untuk disembelih. Apa yang diajarkan oleh Siti Hajar kepada Ismail tentang bapaknya sehingga dia menurut begitu saja bahwa bapaknya adalah orang baik, pejuang fi sabilillah, yang melaksanakan apapun perintah tuhannya.

Tanpa landasan dasar seperti itu, apakah ada anak mau begitu saja disembelih meskipun itu perintah tuhannya? Lebih lanjut lagi, Dik menceritakan bagaimana perjuangan ibu Siti Hajar berlari dari Sofa ke Marwah tujuh kali berturut-turut tanpa pernah menyerah dan putus asa hanya untuk mencari air demi anaknya, yang akhirnya dibalas tuhan dengan muncullah air zam-zam di kaki Ismail kecil yang sampai sekarang belum habis dan masih diminum oleh orang-orang di seluruh belahan dunia seketika tiba di makkah, dan itupun siti hajar tak pernah mampu untuk memilkinya. 

Itulah ikhlas, kita memberikan yang terbaik, meskipun belum tentu kita bisa memilikinya. Ikhlas tidak ada malaikat yang mencatat, karena itu adalah hubungan langsung antara hamba dan tuhannya. Ikhlas itu seperti buih di lautan yang tidak lagi memerlukan pantai. ikhlas adalah menerima apa adanya tanpa mengeluarkan kata-kata atau sikap yang bisa memperburuk keadaan. 

Ikhlas adalah kendaraan ruh spiritual yang kelak akan meninggi dan membumbung tinggi di dalam kedalaman sehingga allah bersedia memberikan ridloNya sehingga akan membukakan kita sebuah pintu keberkahan.

Kemudian dilanjutkan menyayikan lagu ikhlas itu indah dengan diawalai membaca surat Al-Ikhlas yang diikuti oleh seluruh jama'ah. Menyambung lau ikhlas itu indah adalah janda Zaenab yang kemudia dilanjutkan membaca sholawat untuk mengiringi Mbah Nun agar bersedia naik ke panggung. Perenungan yang dipaparkan oleh Dik kala itu membuat konten diskusi semakin berbobot dan berisi, saya pun sangat terkagum dibuatnya.

Mbah Nun pada kali ini menekankan kepada para jamaah untuk menjadi manusia ruang bukan manusia perabot. Manusia ruang adalah shiddiq atau manusia yang bersedekah, meskipun dalam konteks lain shiddiq bisa bermakna jujur.

Orang yang shiddiq adalah orang seimbang hidupnya dan juga tidak akan pernah habis. Anda senang di maiyah karena sedang berada pada resonansi rohani, paparnya. 

Kita menjadi ruang bagi siapapun. Seperti gelas rohani ynag tak akan pernah penuh diisi meskipun kita disini sampai jam 3 pagi, lanjutnya. Seperti guru yang mengajarkan ilmu kepada muridnya, bukannya ia malah semakin bodoh atau ilmunya berkurang. Melainkan sebaliknya, ilmunya semakin bertambah dan semakin paham terhadap ilmu tersebut. Sedangkan manusia perabot adalah manusia peminta-minta identitas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun