Fahmi Agustian menjelaskan bahwa adanya tim pengurus ini tidak mengubah prinsip maiyah agar menjadi organisasi yang padat, melainkan hanya pembagian tugas, agar tujuan kita semua tercapai.
Fahmi menambahkan seperti tim sepak bola ada yang bertugas menjadi kiper, striker, gelandang, dan sebagainya yang masing-masing mempunyai tugas yang berbeda-beda.Â
Setelah sambutan dari beberapa penggiat terpilih, sebelum narasumber selanjutnya, jeda maiyahan diisi oleh musik dari Mas Bobby dan Orkes Semberengen yang semakin mengasyikkan suasana.
Setelah beberapa lagu dinyanyikan, diskusi sesi pertama dimulai dengan narasumber Mas Husein Ja'far seorang mahasiswa pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah dan mas Harico seorang Direktur Eksekutif Komunikonten.
Mas Husein membuka penjelasannya dengan mengacu pada hadits : man arofa nafsahu faqod arofa robbahu, siapa yang mengenal dirinya maka akan mengenal tuhannya, demikian terjemahannya.
Mas Husein mengajak seluruh jamaah agar menemukan jati dirinya sendiri, memaksimalkan potensionalitas diri agar dikelola semaksimal mungkin sampai benar-benar menjadi ahli.Â
Mekanisme khilafah yang ditugaskan kepada manusia bisa terlaksana kalau semua orang berdaulat atas dirinya sendiri, saling mengisi, bukan saling mengungguli namun saling melengkapi.
Selain itu mas husein mengajak jamaah untuk kembali menengok sejarah. Bahwa dalam menyusun peraturan atau hukum yanag berlaku, pemimpin muslim memberikan kedaulatan penuh kepada rakyatnya terkait hal-hal yang bersifat kemanusiannya sendiri.
Di sela-sela sesi diskusi pertama cak nun telah sampai di kenduri cinta kemudian duduk di bawah sebelah kanan panggung bagian belakang.Â
Sesi selanjutnya giliran mas Harico mengelaborasi tema malam itu dari sisi pandang media sosial. Menurutnya, orang-orang sekarang banyak yang menjadi follower dan hampir pasti meng-iya-kan apapun yang dilontarkan dari apa yang diikuti.
Akibatnya mereka terjebak dalam informasi yang tidak valid, sehingga menimbulkan kegaduhan yang tak pernah berhenti.