Mas Sabrang menambahkan, bahwa Indonesia mempunyai talenta yang luar biasa, namun sistemnya tidak cetha.Meyambung Mas Sabrang, Kyai Muzzammil yang hadir di tengah-tengah acara menegaskan bahwa kita jangan terlalu bias terhadap Negara-negara barat atau Negara manapun yang dianggap maju. Indonesia harus maju dengan ke-Indonesian-nya sendiri, tidak perlu tiru-tiru yang justru akan menghilangkan sejatinya Indonesia. Setelah dirasa cuku, Bangbang Wetan mala mini diakhiri dengan shalawatan tepat menjelang pukul setengah empat pagi dua belas maret.
 Mocopat Syafa'at
Setelah jedah hampir seminggu, kali ini belajar di Negeri Maiyah memperjalankan saya ke simpul Mocopat Syafa'at. Ini adala kali kedua saya kesini, setelah yang pertama kali pada Ramadlan tahun lalu. Karena pada kesempatan pertama yang lalu pulang pergi dengan menggunakan kereta api, kali ini saya menggunakan bus umum.
Selain terkendala jadwal kereta, saya juga ingin memperluas wawasan tranportasi dari Lamongan menuju Yogyakarta dengan naik kendaraan umum. Jam tepat pukul setengah dua siang, setelah menghadiri resepsi pernikahan teman SMA di daerah Lamongan kota, saya naik bus menuju terminal Bojonegoro.Â
Harus oper bus sampai tiga kali agar bisa sampai ke terminal iwangan, Yogyakarta. Pertama, dari Lamongan menuju Bojonegoro. Selanjutnya, dari terminal Bojonegoro menuju terminal Ngawi, dan yang terakhir dari terminal Ngawi menuju Yogyakarta.
Setelah sampai di terminal Giwangan, saya naik ojek menuju lokasi Mocopat Syafa'at yang berada di TKIT Tamantirto, Bantul dan akhirnya saya sampai tepat pukul setengah sebelas malam.
Tema malam itu adalah "Tauhid Penghidupan". Kalimat pertama yang saya garis bawahi dari Mbah Nun adalah 'kita harus me-ma'rifat-i segala sesuatu, artinya kita harus melihat dan lebih keras daam usaha memahami sesuatu dari pagkal sampai ujungnya'.
Memasuki tema Mbah Nun menjabarkan bahwa penghidupan yaitu usaha kita untuk merawat kehidupan. Slain itu, Mbah Nun juga mengajak jama'ah untuk mundur satu langkah dalam berindak, bermuhasabah kembali atas segala tindakannya agar kedepannya langkah kita lebih komprehensif, lebih presisi, lebih adil terhadap segala laku hidup.
Di Mocopat Syafa'at kali ini juga hadir Pak Tanto Mendut, Kyai Muzzammil, Pak Toto Rahardjo, serta Mas Sabrang. Selain membahas tema, MS kali ini juga masih dalam suasana mengenang almarhum Pak Ismarwanto serta belajar darinya bersama kiai kanjeng juga, belajarbukan hanya pada musiknya melainkan juga kehidupan yang isa kita ambil nilainya. Berbeda pada saat maiyahan di Padhang Mbulan, kali ini yang diberi kesempatan bercerita perihal kesan atau kenangannya terhadap almarhum yang masih diingat hingga saat ini adalah para jama'ah.
Pak Toto Rahardjo memberikan ruang bagi jam'ah yang ingin mengungkapkan kesannya kepada Almarhum Pak Is. Ada beberapa respon saat itu, seperti Mbak Tamalia yang mengatakan bahwa entah kenapa pada saat maiyahan di Polinema, ia memoto Pak Is padahal tidak ada niatan sebelumnya. perlu diketahui bahwa maiyahan di Polinema Malang pada Januari lalu adalah maiyahan terakhir Pak Is.Â
Mas Arbi yang meminta bartanya Quotes peninggalan atau khas Pak Is kepada bapak-bapak Kiai Kanjeng. Bahkan ada salah satu jama'ah yang menyebut Pak Is adalah wali kali Condet, karena waktu sebelum Pak Is meninggal tidak pernah ada kebanjiran, namun, setelah Pak Is tiada terjadi kebanjiran. Begitulah beberapa respon yang saya ingat pada malam itu.