Mohon tunggu...
Ahmad Kafil Mawaidz
Ahmad Kafil Mawaidz Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Ajarkanlah sastra pada anak-anakmu, agar anak pengecut jadi pemberani - Umar bin Khattab

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sinau di Negeri Maiyah

2 April 2018   09:34 Diperbarui: 8 April 2018   20:35 957
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mereka tidak berdaulat atas dirinya sendiri, tidak memiliki keluasan dan kedalaman jiwa, sehingga mereka selalu berpikir secara materil. Setelah beberapa lagu dari Dik Doank, penjelasan Mas Sabrang mengenai personalitas dan identitas, perform Beben Jazz dengan Dik, Kenduri Cinta berakhir hampir pukul empat pagi yang dipungkasi dengan salaman kepada Mbah Nun.

Bangbang Wetan

Setelah menengok ibukota mari kita kembali ke Timur, kita melingkar di Bangbang Wetan Edisi Maret yang kali ini diselenggarakan pada tanggal 11 Maret 2018 bertempat di halaman Balai Pemuda Surabaya.

Bangbang Wetan adalah forum maiyahan rutin yang pertama kali dan paling banyak saya ikuti diantara simpul lainnya. Tidak lain karena faktor jarak dari domisili ke tempat maiyahan yang dekat, dan lebih mudah dicapai dengan sepeda motor. Diskusi saat itu bertemakan Etnotalentalogi. Kali ini saya agak telat hadir di tempat acara, karena ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan. 

Singkat cerita saya sampai di tempat sekitar pukul sepuluh malam waktu setempat. Setelah sesi sharing jama'ah mengenai pengalaman maiyah maupun respon mereka terhadap tema.

Respon yang sangat menggugah saya kala itu disampaikan oleh Pak Didit HP, yang merupakan Pembina sekolah alam Sanggar Alang-alang yang tanpa henti-hentinya mengasah dan mengasuh bakat dari anak jalanan yang kurang diperhatikan pendidikannya, baik oleh pemerintah maupun oleh lingkungan sekitarnya. 

Sudah banyak talenta atau bakat yang kemudian menjadi juara dan diakui oleh banyak orang hasil olahan Pak didit, sebut saja Grup Musik Klantink yang menjadi juara pada ajang pencarian bakat di salah satu TV swasta, klub sepak bola jalanan yang menjuarai piala dunia anak jalanan di Brazil pada tahun 2004.

Kesungguhan Pak Didit dalam menemani anak-anak untuk menemukan bakat mereka sendiri perlu diacungi jempol. Pasalnya Pak Didit selalu berpesan kepada anak didiknya agar mneciptakan yang khas oleh dirimu sendiri, begitu pesannya.

Usai paparan dari Pak Didit, grup musik "Padhang Howo" mencairkan suasana sekaligus mengiringi kedatanagan narasumber utama malam itu, yakni Mas Sabrang, Pak Suko, dan Pak Joko. Pak Suko mempersilahkan Pak Joko untuk yang pertama merespon jamaah atau memberi tanggapan mengenai tema sebelum nanti Mas Sabrang. Pak joko sangat atraktif menyajikan data-data prediksi masa depan mengenai posisi Indonesia. 

Dengan gaya bicara yang sangat ekspresif, secara tidak langsung Pak Joko memberikan rasa optimisme kepada para jama'ah mengenai Indonesia ,yang berpotensi menjadi Negara Super Power pada tahun 2050 mendatang.

Tak hanya menyajikan data- data realis maupun prediktif dari lembaga survey, Pak Joko juga memberikan analisis politik para Negara maju agar dia terus menjadi Negara kuasa dan tak mau kalah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun