"Eh nggak usah beli nasi Mas Agus, kita makan bersama saja di rumah saya ya! Kasih tahu teman-teman di posko, kira-kira 30 menit lagi siap. Jangan kuatir, kita tidak akan menyajikan sop bung kok, ya!" Sambil tersenyum, kali ini giliran Bu Tinggi, eh maksudnya istrinya Pak Tinggi Amsyari yang bersuara.
"Alhamdulillah!" Jawab Mas Agus dan Kak Rina hampir berbarengan.
"Terima kasih ibu, bapak! Kalau begitu kami langsung pamit untuk memberi kabar kepada teman-teman semua untuk bersiap". Jawab Mas Agus sambil menyalami Pak Tinggi Amsyari dan ibu, juga Bibi Imah.
Karuan saja, sesampainya di posko kisah sobung ini membuat seisi posko ngakak berjamaah, terpingkal-pingkal! Bahkan Bang Taufik sampai terguling-guling di lantai sambil menahan kencing di celana! He...he...he... Sobung-sop bung!
Baca Juga Yuk! Oedipus Complex, Ketika Cinta Tak Lagi Buta (Warna)
Kedekatan kami, mahasiswa-mahasiswa KKN di ketinggian Desa Kabuaran dengan masyarakat, semakin hari semakin intim. Lama kelamaan kami merasa seperti tinggal di kampung sendiri.
Mulai dari anak-anak sampai kakek-kakek dan nenek-nenek hampir semuanya akrab dengan kami. Jika dengan anak-anak kami dekat melalui sekolah dan mengaji di masjid, maka dari pemuda kami dekat melalui karang tarunanya sedang dengan orang tuanya kami dekat melalui Yasinan dan pengajian rutin.
Tapi meski begitu, tetap saja dengan anak-anaklah kami mempunyai kedekatan yang lebih natural. Bahkan karena saking dekatnya, banyak juga lho anak-anak di Kabuaran yang lebih terbuka kepada kami dari pada kepada keluarganya sendiri. Wah...wah...wah...waaaaaah!
Nah salah satu anak yang paling suka main ke posko kami, bahkan pernah juga minta kepada orang tuanya agar diijinkan ikut tinggal bersama kami di posko adalah "si bongsor", Mahmud.
Anak SD kelas empat ini badan bongsornya bahkan lebih berat dari Bang Ihsan, anggota paling gemuk dalam kelompok KKN kami. Begitu juga dengan tinggi badannya yang lebih tinggi dari mayoritas "kakak-kakak" cewek anggota kelompok KKN di posko kami. Wooooow!
Tapi ya tetap saja, sifat kekanak-kanakannya masih menjadi tanda paling mudah untuk mengenalinya sebagai anak-anak! Selain cara dia memanggil kami, "Om dan tante!"