Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Kkn Pilihan

Misteri Sepasang Kunang-kunang di Balik Halimun Kabuaran

27 Juni 2024   06:40 Diperbarui: 27 Juni 2024   06:44 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN 

Mendapati kami berdua sedang menunjuk-nunjuk kearah pohon trembesi, Bang Zul langsung menghampiri kami.

"Itu yang warnanya kuning kemerahan menyala-nyala!" Bang Deni terus mendiskripsikan si kunang-kunang atau entah apa itu sedetail-detailnya kepadaku, tapi aku tetap saja tidak bisa melihat apapun. Makhluk apa sebenarnya, sepasang kunang-kunang itu?

"Den, Tang! Sudah jangan dilihat terus! Palingkan pandanganmu! Si Kunang-kunang itu hanya ingin menarik perhatian  kalian. Abaikan saja! Ayo tarik lagi kekangnya, dari arah atas suara bebunyian semakin lantang dikekang, berarti babi-babi itu mulai datang ayo bersiap!" Teriak Bang Zul kepada kami berdua dengan bahasa Madura Pendalungan yang mulai akrab di telinga kami.

"Menarik perhatian!?" Gumamku dalam hati. Emang dia apa, eh siapa? Kok aku nggak bisa juga melihatnya ya!? Aku benar-benar semakin penasaran dibuatnya.

Benar saja, tidak berselang lama, tiba-tiba pecahan koloni babi yang sepertinya masih seumuran dengan yang seminggu lalu menyerang kebun kami, nyasar menghambur ke kebun dari beberapa arah. Bahkan karena arah lari mereka yang tidak beraturan, ada beberapa diantara mereka yang saling bertabrakan, bertumbukan! Buuuug! Hingga beberapa diantaranya terguling-guling di hadapan kami.

Tentu saja yang begini jadi hiburan tersendiri bagi kami, orang luar yang belum pernah melihat sebelumnya. Mau tertawa takut kualat, nggak tertawa tapi lucunya nggak ada obat! He...he...he...

Inilah salah satu keunikan tradisi di Kabuaran, setiap menjelang panen raya jagung yang kelak ingin kami rekomendasikan kepada pemerintah setempat untuk dijadikan destinasi wisata minat khusus.

Kalau wilayah hutan diatas yang dikelola perhutani sudah biasa menjadi destinasi wisata berburu oleh klub-klub pemburu babi profesional, maka area kebun yang ada di bawahnya bisa juga dijadikan destinasi wisata festival panen raya jagung yang salah satu ikonnya, ya pertunjukan menghalau koloni babi-babi di tengah malam ini.

Apalagi, aktifitas ini telah lama menjadi kearifan lokal Kabuaran yang terus dijaga. Meskipun babi-babi itu termasuk hama yang menggangu dan merugikan, tapi masyarakat Kabuaran sama sekali tidak berniat melukai apalagi membunuh mereka!

Ini yang unik! Menurut keyakinan komunal mereka, jika ada babi yang terluka apalagi terbunuh, maka koloni mereka akan semakin besar dan beringas menyerang apa saja sampai ke rumah-rumah di kampung. Wooow!

Baca Juga Yuk! Oedipus Complex, Ketika Cinta Tak Lagi Buta (Warna)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kkn Selengkapnya
Lihat Kkn Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun