Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tragedi Buta Warna dan Dendam Kesumatku untuk Masa Depan Anak-anak Nusantara

24 Juni 2024   22:54 Diperbarui: 25 Juni 2024   07:49 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Awalnya masih berhubungan dengan musik, yaitu sebagai music director sampai akhirnya juga tertarik cuap-cuap sebagai penyiar radio hingga pernah pegang beberapa acara sekaligus, dari acara campursari, rock & alternatif, sampai curhat-curhatan ala anak muda sampai keluarga.

Nah disinilah buta warna mulai sering menjadi tematik pembahasan yang terangkat.

Artikel start up Buta Warna Menang di Ajang Digital Heroes | Liputan6.com 
Artikel start up Buta Warna Menang di Ajang Digital Heroes | Liputan6.com 

Di saat bersamaan, saya juga mencoba menyalurkan lagi hobi menulis saya yang lama terpendam dengan ngonten artikel dan "kebetulan" sering dimuat di beberapa media cetak lokal dan nasional, hingga akhirnya saya berkenalan dengan dunia blog hingga bertemu Kompasiana.

Dari sini, saya menyadari dahsyatnya potensi artikel online berbasis internet. Bahkan, ketika artikel saya tentang edukasi buta warna, khususnya niat saya membangun startup tentang test buta warna berikut konsultasi gratis secara online dan booming, ketika dimuat jaringan media online yang berinduk pada jaringan TV swasta nasional, tidak menunggu lama banyak sekali respons yang masuk via email, bisa ratusan hingga ribuan yang masuk per minggunya.


Tidak hanya masyarakat umum yang ingin berdiskusi tentang kelainan buta warna yang disandang oleh anggota keluarganya saja, tapi juga dari media-media mainstream negeri ini, bahkan beberapa stasiun TV nasional sampai rela mengirimkan produser sama kameramennya untuk terbang ke Banjarmasin meliput aktivitas ngonten edukasi buta warna saya.

Sayang, saya hanya menemukan jejak tayangannya pada channel Narasi TV-nya Najwa Shihab dan TRANS 7 saja, yang lain entah raib ke mana.


Jika konten Channel Narasi TV lebih menyoroti proses perjalanan saya dari momen gagal total sampai bisa bangkit lagi, maka konten TRANS TV lebih menyoroti kreativitas dan jatuh bangun saya mengembangkan usaha kerajinan tangan dengan bendera "pernik Banua" sebagai bentuk aktualisasi dari upaya saya untuk menggali potensi kreatif guna move on dari belenggu kegagalan akibat menyandang buta warna yang dianggap unik dan menginspirasi.

Tapi saya tetap bersyukur dan layak berterima kasih, semoga cara saya berdamai dengan kelainan buta warna dengan pendekatan menggali potensi kreatif yang saya miliki bisa bermanfaat dan menginspirasi, sekaligus bisa membalaskan dendam saya!


Sampai detik ini, mimpi saya untuk mendirikan startup berisi berbagai hal terkait edukasi buta warna secara lengkap yang diasuh dan diawasi oleh dokter spesialis mata tanpa dipungut biaya alias gratis...tis masih tetap menyala abangku!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun