Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tembang Ancung-Ancung dan Episode Heroik "Bapakku Arena Bermainku!"

17 Januari 2024   17:04 Diperbarui: 17 Januari 2024   18:54 683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN 

Tidak hanya itu, bapak juga biasa mengajari saya bermain perahu untuk mencari ikan di sungai. 

Caranya mudah, biasanya bapak akan telentang di lantai atau kasur dan saya diajaknya membayangkan duduk sendirian, mendayung diatas perut ... eh perahu untuk memancing atau menjala ikan.

Kadang-kadang, bapak akan menggerakkan perutnya secara tiba-tiba, seolah-olah kita sedang melewati riak pada jeram atau mungkin ada pusaran air. Keren kan!?

Khusus untuk permainan "naik perahu" ini, bapak juga mempunyai banyak variasinya, seperti balapan perahu atau balapan mendayung, bahkan juga berburu monster laut raksasa! Woooow keren nggak sih!?

Termasuk dalam permainan ini, bapak juga memperkenalkanku permainan selancar air berombak. Bedanya, disini biasanya bapak bukan telentang lagi, tapi berbalik alias tengkurap di kasur.

Biasanya, dalam permainan ini saya diajak membayangkan asyiknya menunggangi ombak-ombak laut, termasuk sesekali jatuh kedalamnya dan gedebug... eh salaaaah byuuuur!

Sudah cukup!? Belum masih banyak lagi... Bapak juga sering mengajari saya naik gunung atau juga memanjat tebing, bahkan panjat pinang! Caranya?

Baca Juga Yuk! Kalayangan Dandang, "Raksasa Terbang" dari Tapin, Kalimantan Selatan

Gampang! Biasanya bapak akan duduk di kasur dan badan beliau akan ditutup dengan bantal, guling atau apa saja hingga membentuk gundukan layaknya tebing, bukit atau bahkan gunung. Tergantung imajinasi yang akan dibangun bapak saat itu.

Setelah siap, saya diminta bapak untuk mendaki gunung alias "badan bapak" secara pelan-pelan sampai ke puncaknya yang biasa ditandai dengan bapak yang tiba-tiba berdiri ketika saya hampir sampai ke puncak alias kepala bapak yang di tutup bantal dan juga selimut.

Kalau permainan panjat pinang dan panjat tebing lain lagi caranya!  Bapak biasanya berdiri, tapi tetap memberi celah untuk pijakan kaki dan juga ceruk untuk pegangan tangan agar tubuh mungil saya tetap bisa naik ke puncak di kepala bapak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun