Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ikan Haruan Langka, Absen Dulu dari Daftar Menu di Warung-warung Banjar!

9 Januari 2024   21:09 Diperbarui: 10 Januari 2024   21:22 1083
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | Dok  KOMBATAN

Endingnya, angka inflasi di Kalimantan Selatan dipastikan akan meroket! Semua hanya karena si ikan haruan alias si-ikan gabus saja yang saat banyu dalam sedang asyik-asyiknya mengasuh anak!

Menurut para paunjunan haruan alias para pemburu ikan gabus, ada dua momen ikan haruan memang sulit didapat, yaitu saat musim hujan, ketika para indukan sedang mengasuh anaknya sekaligus menjaga mereka dari para predator, yang salah satunya adalah makhluk bernama manusia!

Baca Juga : Halang, Alang dan Elang dalam Pusaran Adaptasi 

Sedangkan momen keduanya adalah ketika ikan haruan dalam keadaan beguam atau saat siklus tertentu ketika haruan sama sekali tidak mau makan makanan asing.

Sayangnya, berbeda dengan siklus hidup mengasuh anak di musim hujan yang bisa diprediksi, maka siklus beguam ini belum diketahui secara pasti periodisasi dan juga waktu aktualnya.

Kalau berada dalam situasi ini, beragam teknik menangkap ikan gabus tradisional dengan cara maunjun atau memancing dengan beragam teknik turunannya yang secara reguler bisa dengan mudah mendapatkan ikan gabus di seputaran Kalimantan Selatan, maka di musim hujan jangan harap!

Memang, kalau ada kebutuhan mendesak bisa saja mendatangkan ikan haruan dari daerah tetangga, seperti dari Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah yang juga sama-sama dikenal penghasil sekaligus penikmat ikan haruan. Tapi karena harganya yang otomatis jauh lebih mahal dan belum tentu juga barangnya ada, pasti menjadi kendala tersendiri bagi sebagian besar masyarakat di Kalimantan Selatan.

Ikan Toman (Channa micropeltes) dan Ikan Kihung (Channa Lucius) | @kaekaha
Ikan Toman (Channa micropeltes) dan Ikan Kihung (Channa Lucius) | @kaekaha

Kalau sudah begini, biasanya memang ada sebagian warung makan yang berkompromi, mengganti ikan haruan dengan ikan tauman atau ikan toman.

Ikan yang masih "bersaudara" dengan ikan haruan ini secara fisik memang sangat mirip dengan ikan haruan, tapi sayangnya Urang Banjar tidak begitu menyukai jenis ikan predator yang sekarang juga banyak dijadikan ikan hias, karena gradasi warna dan ragam motif mirip batik di tubuhnya yang memang cantik.

Konon, selain tekstur dagingnya yang lebih keras dan kasar jika dibandingkan dengan daging ikan haruan, daging ikan toman juga dianggap kurang juicy alias "kurang manis" kalau kata Urang Banjar, sehingga dirasakan kurang pas dengan beragam kuliner khas Urang Banjar yang sejak jaman nenek moyang memang hanya menggunakan ikan haruan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun