Endingnya, angka inflasi di Kalimantan Selatan dipastikan akan meroket! Semua hanya karena si ikan haruan alias si-ikan gabus saja yang saat banyu dalam sedang asyik-asyiknya mengasuh anak!
Menurut para paunjunan haruan alias para pemburu ikan gabus, ada dua momen ikan haruan memang sulit didapat, yaitu saat musim hujan, ketika para indukan sedang mengasuh anaknya sekaligus menjaga mereka dari para predator, yang salah satunya adalah makhluk bernama manusia!
Baca Juga :Â Halang, Alang dan Elang dalam Pusaran AdaptasiÂ
Sedangkan momen keduanya adalah ketika ikan haruan dalam keadaan beguam atau saat siklus tertentu ketika haruan sama sekali tidak mau makan makanan asing.
Sayangnya, berbeda dengan siklus hidup mengasuh anak di musim hujan yang bisa diprediksi, maka siklus beguam ini belum diketahui secara pasti periodisasi dan juga waktu aktualnya.
Kalau berada dalam situasi ini, beragam teknik menangkap ikan gabus tradisional dengan cara maunjun atau memancing dengan beragam teknik turunannya yang secara reguler bisa dengan mudah mendapatkan ikan gabus di seputaran Kalimantan Selatan, maka di musim hujan jangan harap!
Memang, kalau ada kebutuhan mendesak bisa saja mendatangkan ikan haruan dari daerah tetangga, seperti dari Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah yang juga sama-sama dikenal penghasil sekaligus penikmat ikan haruan. Tapi karena harganya yang otomatis jauh lebih mahal dan belum tentu juga barangnya ada, pasti menjadi kendala tersendiri bagi sebagian besar masyarakat di Kalimantan Selatan.
Kalau sudah begini, biasanya memang ada sebagian warung makan yang berkompromi, mengganti ikan haruan dengan ikan tauman atau ikan toman.
Ikan yang masih "bersaudara" dengan ikan haruan ini secara fisik memang sangat mirip dengan ikan haruan, tapi sayangnya Urang Banjar tidak begitu menyukai jenis ikan predator yang sekarang juga banyak dijadikan ikan hias, karena gradasi warna dan ragam motif mirip batik di tubuhnya yang memang cantik.
Konon, selain tekstur dagingnya yang lebih keras dan kasar jika dibandingkan dengan daging ikan haruan, daging ikan toman juga dianggap kurang juicy alias "kurang manis" kalau kata Urang Banjar, sehingga dirasakan kurang pas dengan beragam kuliner khas Urang Banjar yang sejak jaman nenek moyang memang hanya menggunakan ikan haruan saja.