Uniknya, mungkin karena bandara HAS Hanandjoeddin (TJQ) yang saat itu relatif masih kecil dan sepertinya belum dilengkapi dengan fasilitas bus antar jemput penumpang, karena hujan deras, maka dari tangga pesawat kami dijemput oleh petugas bandara dengan menggunakan payung satu-persatu untuk menuju ruang kedatangan bandara yang berjarak sekitar 100 meteran dan situasi ini kembali terjadi saat kami mau pulang menuju ke Bandara Soetta, Jakarta, beberapa hari kemudian.
Siapa sangka dari si-Mas berpayung penjemput saya, akhirnya saya mendapatkan rekomendasi kuliner khas Belitung berikut tempat-tempat terbaik untuk menikmatinya! Tidak hanya itu, dalam waktu singkat ternyata kami bisa akrab lho. Inilah bentuk-bentuk kehangatan khas Melayu yang ngangeni! Sehangat sajian sup gangan di Dapur Belitung, kuliner sup ikan khas Belitung penghangat tubuh kami sesaat setelah menginjakkan kaki di bumi Belitung yang diguyur hujan deras.
Hari pertama di Belitung, kita lebih banyak terlibat dalam acara-acara silaturahmi dan seremonial yang dipusatkan di seputaran pantai Tanjung Tinggi, pantai unik yang berhias batu-batu granit raksasa yang diyakini masyarakat setempat sebagai batu bertumbuh, batu yang akan terus bertumbuh besar dan besar yang dikenal juga sebagai destinasi lokasi syuting film laskar pelangi.
Kita banyak berdiskusi tentang Belitung dan tentunya fenomena GMT dengan semua elemen yang terlibat dalam event ini, mulai dari forkopimda dan Dinas Pariwisata, BMKG, BAKAMLA dan tentunya  Andrea Hirata si empunya tetralogi novel laskar pelangi yang punya andil besar "memantik" perubahan wajah Belitung. Kerennya, sebagai tamu di sini kami benar-benar diperlakukan selayaknya raja!
"Belitung sedang bersolek, tapi memang baru saja dimulai. Jadi ya wajar jika disana-sini  masih tampak seadanya saja. Jadi ya nikmati saja yang ada dan jangan lupa atau segan untuk memberi masukan kepada kami apa-apa saja yang memang perlu kami perbaiki kedepannya, termasuk pelayanan kami kepada anda, tamu-tamu kami!"  Begitulah kira-kira isi pesan dari kepala dinas pariwisata di akhir acara audiensi bersama kami.
Baru besoknya, semua "laskar gerhana matahari" berlayar ke tengah lautan di seputaran perairan selat berhala, Belitung dengan kapal patroli BAKAMLA, KN 4801 Bintang Laut untuk mendapatkan spot terbaik detik-detik puncak gerhana matahari tanpa halangan awan mendung yang kebetulan dilaporkan BMKG menutupi langit beberapa kota di Pulau Sumatera.
Alhamdulillah, strategi kami benar-benar jitu! Akhirnya kami semua bisa menyaksikan kronologi puncak gerhana secara sempurna, tidak jauh dari sebuah kapal pesiar asing yang sepertinya juga terus bergerak mencari tempat terbaik untuk memanjakan tamu-tamunya.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!