Tapi, sebenarnya sih, jauh sebelum dipersatukan dalam proyek persiapan akreditasi standar mutu itu, sejak awal masuk kerja kami juga sudah dipersatukan oleh beberapa background kami yang kebetulan memang relatif sama. Hingga, sejak awal bertemu kami memang sudah runtang-runtung (baca: bersama-sama) kesana-kemari.
Sebut saja seperti, TMK alias tanggal masuk kerja yang hanya terpaut hari, sama-sama fresh graduate, hingga kami akhirnya menjalani masa training selama 3 bulan di waktu yang relatif sama. Hanya saja, job kerja kami berbeda, saya staf di Human Capital, Om Liliek staf di QA dan Om Teddy staf di Produksi.
Selain itu, rentang usia kami yang relatif sebaya menjadikan angkatan masuk sekaligus lulus kuliah kami juga sama.
Uniknya, ternyata kami juga sama-sama "ahli hisap". Nah ini dia, tapi jangan salah lo ya! Kami bertiga "ahli hisap" ya, bukan "ahli hisab" yang biasa berperan dalam menentukan awal dan akhir bulan Ramadan. Mengejutkanya, hisapan kami bertiga ternyata lha kok ya kebetulan mereknya sama persis! Hadeeeeh, kok bisa ya?Â
Nah khusus untuk kisah saya sebagai ahli hisap, sampai akhirnya tobat dan berhenti total, juga sudah pernah saya tuliskan dalam artikel berjudul "26 Tahun Merokok, Ini Cara Saya Berhenti dan Bertahan Tidak Merokok Lagi". Klik saja artikelnya, siapa tahu bermanfaat.
Tapi selain itu semua, ada satu lagi yang menjadikan persahabatan kami benar-benar semakin lengket dan karib, yaitu kesamaan kami bertiga yang paling hobi kulineran, khususnya kuliner berkuah kaldu khas Nusantara, terutama Jawa Timur, kampung halaman kami.Â
Hanya saja, secara profesional, momentum saat kami bertiga sama-sama mendapatkan promosi jabatan di level middle management di hari yang hampir bersamaan sepertinya menjadi semacam patri untuk persahabatan kami dan yang ini, pastinya tidak akan pernah kami lupakan!Â
Sayangnya di antara kami bertiga, ternyata saya yang masih mempunyai mimpi dan angan-angan untuk terbang lebih tinggi, melangkah lebih jauh, mengikuti radar saya yang kebetulan paling jauh jangkaunnya, hingga di tengah perjalanan, akhirnya saya benar-benar "kecantol dan akhirnya dipinang oleh institusi yang baru lagi".Â
"Dasar mata keranjang!" Itulah komentar duo sahabat saya tersebut sambil tersenyum nakal, ketika saya sampaikan berita bahagia tersebut ketika istirahat sambil makan siang dengan salah satu menu favorit kami di Rawon Gajah Mada. Tahu kan menunya apa?
Kerennya, Om Liek (yang kelak juga terbang tinggi, melangkah lebih jauh hingga sekarang menetap di Kota Sungai Penuh, Kerinci, Provinsi Jambi) dan Om Tedd (yang masih saja di Sidoarjo), sangat mendukung pilihan saya untuk menerima pinangan sekaligus tantangan baru dari "keluarga baru" itu, hingga akhirnya kami harus berpisah untuk meniti karir dan masa depan masing-masing.Â