Masih ingat dengan gonjang-ganjing Y2K alias Year 2000 lebih dari dua dekade silam?Â
Dulu, menjelang pergantian milenium, muncul sebentuk kekhawatiran chaos-nya jaringan program komputer dunia yang dikhawatirkan akan menyebabkan runtuhnya sistem saat peralihan tahun dari 31 Desember 1999 ke 1 Januari 2000?
Penyebabnya sih sepertinya sepele ya, yaitu potensi kegagalan program komputer membaca angka tahun 2000! Hal ini memungkinkan terjadi karena sebagian besar pemrograman komputer hanya menggunakan dua digit terakhir angka tahun. Masih ingat dengan romansa di jaman-jaman itu!?
Nah, kira-kira beberapa saat setelah kita-kita semua berhasil melewati pergantian milenium baru berikut millenium bug-nya yang saat itu sempat bikin was-was plus sesaat berproses untuk beradaptasi itulah, untuk pertama kalinya saya merasakan yang namanya resign dari pekerjaan pertama saya di bidang human capital.Â
Sebagian kecil pengalaman berkarya di perusahaan pertama tempat saya bekerja ini, pernah saya tuliskan dalam artikel berjudul "Catatan Diary Seorang Personalia: Warna-warni BPJS Ketenagakerjaan Ada disini". Alhamdulillah, di tahun 2016 silam, artikel ini pernah dipinang oleh BPJS untuk sosialisasi dan tentu saja dengan mahar yang cocoklah ya! He...he...he... Asyeeeek, lanjuuuut!
Setelah sekitar 4 tahunan membangun karir dari nol dari status fresh graduate sampai duduk di level middle management di sebuah holding company yang bergerak di bidang industri plastik di salah satu kota industri yang menjadi bagian dari "Ring 1" kawasan industri di Jawa Timur, yaitu Sidoarjo, akhirnya saya harus memilih untuk berpetualang, keliling Indonesia!Â
Saya menerima pinangan sekaligus tantangan dengan job yang berbeda dengan pekerjaan sebelumnya dari salah satu perusahaan consumer good nasional ternama untuk penempatan awal di Regional Office (RO) Kalimantan, berkedudukan di Banjarbaru, Kalimantan Selatan dan setelahnya berpindah-pindah ke berbagai RO di seluruh wilayah Indonesia setiap, 2-5 tahun sekali.
Untuk job kerja di perusahaan yang baru ini juga pernah saya spill dalam artikel berjudul "Berselancar" di Kompasiana, Berkeliling Indonesia, Mengabadikan Indahnya Keragaman Nusantara yang saya tulis khusus sebagai apresiasi saya di ulang tahun Kompasiana ke-16 dan Alhamdulillah, ternyata Kompasiana memberi apresiasi balik yang lebih cantik lagi! Tengkyu Kompasiana.
Tentu saja, resign saya dari pekerjaan pertama, perusahaan pertama, juga teman dan sahabat pertama dalam lingkungan pekerjaan jelas "sesuatu" banget!Â
Terlebih lagi setelahnya, saya harus hijrah ke luar pulau! Sebuah "langkah besar" yang saat itu bagi sebagian besar teman dan kerabat, dianggap keputusan yang kelewat ekstrem. Apalagi setelah mereka mengetahui kalau saya akhirnya benar-benar "kecantol" Galuh Banjar alias gadis Banjar...ha...ha...ha...!
Nah untuk urusan menikahi gadis Banjar ini, ada tradisi unik khas persiapan pernikahan dalam adat budaya Banjar yang saya spill dalam artikel berjudul Tradisi Jujuran, "Hadiah" untuk Meminang Gadis Banjar yang Unik dan Katanya Mahal. Klik saja kalau tertarik atau penasaran dengan tradisi budaya pernikahan ala Urang Banjar.
Karena waktu sign in kerja dulu dimulai dengan baik-baik, maka saat resign-pun juga harus baik-baik, itu prinsip bagi saya!Â
Salah satunya, saya praktikan dengan mengajukan surat pengunduran diri jauh-jauh hari, setidaknya (minimal) satu bulan sebelumnya. Tapi saat itu saya memilih 3 bulan sebelumnya, karena saya tahu betul betapa repotnya mengurusi hajat hidup orang sepabrik yang pastinya tidak bisa tiba-tiba ditinggalkan!
Tapi, mungkin karena "kulonuwun" dan "pamit" saya secara formal, semua prosesnya sejak awal ada di dalam lingkungan divisi atau departemen kerja saya sendiri, jadi dari luar kesannya silence dan tiba-tiba duaaaaaaar!
Akhirnya meletus juga dan hebohnya luar biasa! Harap maklum, orang terkenal...he...he...he...! Bagaimana nggak terkenal, lha wong setiap hari harus ngurusi hajat hidup orang se-pabrik yang jumlahnya ribuan orang?
Tapi, tidak ada momen seremonial khusus yang saya persiapkan untuk menandai perpisahan profesional pertama saya dengan teman, sahabat, termasuk dengan supporting team dan jajaran manajerial di departemen saya saat itu, selain momen istimewa dengan saling mengikhlaskan dan memaafkan. Jadi yaaaa, nggak kenal donat apalagi pizza untuk resign saya, kecuali...
Ya, kecuali momen perpisahan saya dengan 2 sahabat karib selama bekerja, yaitu Om Liliek dan Om Teddy yang awalnya, karena persiapan "project akreditasi ISO" kami disatukan secara intensif siang-malam dalam sebuah grup kerja dan diskusi yang akhirnya kami beri nama "Orang-orang Pabrik".
Sebuah nama yang menurut kami cukup eksentrik dan muncul karena terinspirasi dari kisah novel karya Ahmad Tohari, Orang-orang Proyek kesukaan saya. Terkhusus, idealismenya si- Kabul, tokoh utamanya yang saat itu sangat relevan bagi kepentingan kami bertiga.
Tapi, sebenarnya sih, jauh sebelum dipersatukan dalam proyek persiapan akreditasi standar mutu itu, sejak awal masuk kerja kami juga sudah dipersatukan oleh beberapa background kami yang kebetulan memang relatif sama. Hingga, sejak awal bertemu kami memang sudah runtang-runtung (baca: bersama-sama) kesana-kemari.
Sebut saja seperti, TMK alias tanggal masuk kerja yang hanya terpaut hari, sama-sama fresh graduate, hingga kami akhirnya menjalani masa training selama 3 bulan di waktu yang relatif sama. Hanya saja, job kerja kami berbeda, saya staf di Human Capital, Om Liliek staf di QA dan Om Teddy staf di Produksi.
Selain itu, rentang usia kami yang relatif sebaya menjadikan angkatan masuk sekaligus lulus kuliah kami juga sama.
Uniknya, ternyata kami juga sama-sama "ahli hisap". Nah ini dia, tapi jangan salah lo ya! Kami bertiga "ahli hisap" ya, bukan "ahli hisab" yang biasa berperan dalam menentukan awal dan akhir bulan Ramadan. Mengejutkanya, hisapan kami bertiga ternyata lha kok ya kebetulan mereknya sama persis! Hadeeeeh, kok bisa ya?Â
Nah khusus untuk kisah saya sebagai ahli hisap, sampai akhirnya tobat dan berhenti total, juga sudah pernah saya tuliskan dalam artikel berjudul "26 Tahun Merokok, Ini Cara Saya Berhenti dan Bertahan Tidak Merokok Lagi". Klik saja artikelnya, siapa tahu bermanfaat.
Tapi selain itu semua, ada satu lagi yang menjadikan persahabatan kami benar-benar semakin lengket dan karib, yaitu kesamaan kami bertiga yang paling hobi kulineran, khususnya kuliner berkuah kaldu khas Nusantara, terutama Jawa Timur, kampung halaman kami.Â
Hanya saja, secara profesional, momentum saat kami bertiga sama-sama mendapatkan promosi jabatan di level middle management di hari yang hampir bersamaan sepertinya menjadi semacam patri untuk persahabatan kami dan yang ini, pastinya tidak akan pernah kami lupakan!Â
Sayangnya di antara kami bertiga, ternyata saya yang masih mempunyai mimpi dan angan-angan untuk terbang lebih tinggi, melangkah lebih jauh, mengikuti radar saya yang kebetulan paling jauh jangkaunnya, hingga di tengah perjalanan, akhirnya saya benar-benar "kecantol dan akhirnya dipinang oleh institusi yang baru lagi".Â
"Dasar mata keranjang!" Itulah komentar duo sahabat saya tersebut sambil tersenyum nakal, ketika saya sampaikan berita bahagia tersebut ketika istirahat sambil makan siang dengan salah satu menu favorit kami di Rawon Gajah Mada. Tahu kan menunya apa?
Kerennya, Om Liek (yang kelak juga terbang tinggi, melangkah lebih jauh hingga sekarang menetap di Kota Sungai Penuh, Kerinci, Provinsi Jambi) dan Om Tedd (yang masih saja di Sidoarjo), sangat mendukung pilihan saya untuk menerima pinangan sekaligus tantangan baru dari "keluarga baru" itu, hingga akhirnya kami harus berpisah untuk meniti karir dan masa depan masing-masing.Â
Di antara sekian banyak kenangan yang tertulis dalam diary persahabatan kami, "Orang-orang Pabrik", hobi kami berburu kuliner berkuah kaldu di seputaran Kota Sidoarjo dan sekitarnya, jelas tidak akan tergantikan keseruannya.
Apalagi kalau ketemu sama yang namanya Rawon, Lontong Kikil, Sate-Gule Kambing, Tahu Campur, Soto Lamongan, Bakso-Mie Ayam dan satu lagi yang nggak boleh terlewati, Kupang Lontong dan sate kerang dengan minuman spesial es degan atau es kelapa muda, khas Darjo Rek! Gleeek, ini enaknya poool Mase!
Nah, soal sedapnya kulineran yang serba berkuah kaldu di seputaran "Kota Udang" Sidoarjo ini, pernah saya tuliskan nostalgila-nya dalam sebuah artikel berjudul Nostalgia, "Andok" Kuliner Berkuah Kaldu Enak Khas Sidoarjo. Klik aja kalau mau tahu info menariknya, dijamin gratis!
Khusus untuk Kupang Lontong atau ada juga yang menyebutnya sebagai lontong Kupang berikut kelengkapan ubarampe untuk menikmatinya yaitu, sate kerang dan es degan memang mendapatkan kredit khusus bagi kami bertiga!Â
Tidak heran jika kuliner yang relatif mulai langka inilah yang paling sering kami nikmati bertiga di jam-jam makan siang kami saat itu, termasuk di hari-hari terakhir kebersamaan kami sebagai "Orang-orang Pabrik". Hingga kami merasa inilah kuliner resign saya saat itu.Â
Meskipun setiap saya sempat pulkam ke Sidoarjo, kami selalu berusaha menyempatkan diri untuk ngumpul lagi bersama keluarga masing-masing di warung-warung Kupang Lontong langganan kami untuk kembali menikmati sedapnya Kupang Lontong, sekaligus bernostalgila tentunya!
Selain kekhasan citarasanya yang memang benar-benar uenaaak! Inilah satu-satunya kuliner favorit kami yang sepertinya susah untuk ditemukan di luar seputaran Sidoarjo-Surabaya, apalagi di luar Jawa Timur!Â
Terbukti, setiap saya mengunjungi daerah pesisir baru di berbagai wilayah Indonesia, masih belum juga bisa menemukan olahan kuliner berbahan dasar biota laut yang kami sebut Kupang ini.Â
Atau mungkin ada teman-teman kompasianer dari daerah pesisir nusantara yang mempunyai rekomendasi?Â
Meskipun saya yakin, Kupang (corbulla faba), biota laut keluarga kerang-kerangan seukuran biji kedelai yang menjadi bahan utama kuliner khas Sidoarjo ini, habitatnya banyak bertebaran di seluruh lautan Nusantara.
Selayaknya kuliner khas Sidoarjo dan kawasan strategis Gerbang Kertosusilo lainnya yang sebagian besar merupakan daerah pesisir , seperti lontong cecek, lontong balap, tahu campur, juga rujak cingur dan kawannya yang lain, sajian kuliner Kupang Lontong juga diolah dengan petis udang bercitarasa juara khas Sidoarjo.
Setelah petis udang secukupnya (sesuai selera) ditaruh dalam piring saji, berikut lontong yang dipotong-potong sesuai selera, berikutnya Kupang yang telah dimasak dengan bumbu khusus dalam kuali diguyurkan di atas lontong secukupnya.
Untuk kesempurnaan citarasanya, secara tradisi sajian Kupang Lontong akan semakin istimewa jika saat menyantapnya ditemani beberapa tusuk sate kerang dan kerupuk berwarna putih yang biasa kami sebut sebagai kerupuk Bandung.
Uniknya, warung Kupang Lontong umumnya hanya menyediakan satu jenis minuman saja, yaitu es degan atau es kelapa muda, tidak yang lainnya!
Konon, selain sudah menjadi pasangan serasi yang bisa saling menguatkan citarasanya! Ternyata es degan juga mempunyai manfaat strategis lho! Tingginya kandungan protein pada kupang selayaknya biota laut lainnya, konon katanya bisa menyebabkan keracunan ringan/alergi pada penikmat lontong kupang yang memang punya riwayat tidak tahan/alergi dengan asupan protein tinggi dan es kelapa inilah penawar alerginya! Wow ternyata ya...
Sayang seribu sayang, kami tidak mempunyai dokumentasi yang memadai untuk mengabadikan kebersamaan dan persahabatan kami.Â
Saat itu belum ada smartphone, sedangkan handphone Nokia 3310 saya yang saat itu sudah termasuk barang "wah" saja, hanya bisa untuk menelpon, SMS dan main game block dari tetris dan game ular-ularan yang romansanya pernah saya tuliskan dalam artikel berjudul "Game Jadul Ular-ularan Sang Penghibur Sejati".
Salah satu warung atau rumah makan Kupang Lontong langganan kami bertiga adalah Warung Kupang Lontong Cak Slamet di luar pasar Suko, Desa Suko, Sidoarjo.Â
Selain karena dekat dengan pabrik dan juga rumah saya, masing-masing hanya sekitar 5 menitan saja waktu tempuhnya, warung Kupang Lontong legendaris yang telah hadir sejak era tahun 70-an ini memang menghadirkan citarasa Kupang Lontong yang luar biasa sedapnya. Begitu juga dengan sate kerang dan es degannya yang sueger poll!Â
Eh satu lagi, warung di pinggir jalan yang menghubungkan Kota Sidoarjo dengan Krian ini juga menyediakan sajian kuliner Lontong balap khas Surabaya yang juga tidak kalah sedapnya! Mau coba?Â
Duh jadi kangen sama Om Liek dan Om Tedd! (BDJ121124)
Semoga Bermanfaat!
Salam Matan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H