Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

"You Come to My Senses" Mengabadikan Kisah Kasmaran Remaja 90-an ala Band Chicago

5 Maret 2022   08:08 Diperbarui: 5 Maret 2022   13:24 3581
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi Panggung Chicago | www.unthsc.edu


You come to my senses
Everytime I close my eyes
I have no defenses

You come to my senses
I can't stop this ache inside
I have no defenses

You come to my senses

Bagi yang pernah berkesempatan merasakan masa remaja di awal-awal 90-an, apalagi saat itu tengah merasakan sensasinya mabuk kepayang karena sedang kasmaran pada seseorang alias jatuh cinta, sepertinya sulit untuk tidak mengenali sepenggal lirik puitis, reffrain dari lagu berjudul You Come To My Senses diatas.

Baca Juga :  Musik 90s, Puncak Kreativitas dan Keragaman Musik Indonesia

Komposisi lagu cinta dengan beat-beat kalem nan romantis yang mudah dikenali sekaligus dinikmati, karena sentuhan aransemen yang easy listening khas lagu-lagu cinta (apalagi bagi yang sedang mabuk kepayang) tersebut, merupakan racikan cerdas dari para punggawa salah satu band legendaris dari negeri Paman Sam yang konon juga favorit presiden-presiden Amerika, Chicago.


Diawali intro sederhana dengan sound menenangkan yang sarat dengan sentuhan romantis, permainan keyboard dari duo keyboardist Chicago, Bill Champlin dan Robert Lamm yang ditingkahi dengan petikan gitar Dawayne Bailey yang sejatinya memang ruh pada aransemen lagu ini, langsung hadir layaknya "hidangan pembuka" yang begitu menggoda. 

Berselang beberapa detik kemudian, atmosfer romantis terbangun semakin dramatis ketika Jason Scheff, sang bassist yang juga merangkap sebagai vokalis utama band, mulai take vocal mengisi ruang kososng dalam lagu dan klimaksnya, tentu saja ketika nyanyian putra mendiang Elvis Presley yang juga bersuara emas ini mulai memasuki reffrain lagu,  

Duh ... sampai disini perasaan biasa teraduk-aduk! 

Setiap mendengarkan lagu ini, ingatan kolektif terkait romansa masa remaja di era 90-an dulu seperti kembali terputar secara otomatis, hingga kadang-kadang membuat saya geli sendiri jika mengingat beragam kekonyolan yang terjadi begitu saja.

Dulu, kalau mendengar lagu yang masuk dalam album Twenty 1 dan rilis pada 29 Januari 1991 atau lebih dari tiga dekade silam ini, biasanya kalau tidak salah dari Radio DCS, satu-satunya stasiun radio FM di Madiun saat itu, saya langsung memilih masuk kamar dan mengunci pintunya rapat-rapat. 

Saya langsung mematut diri seolah-olah sedang diatas panggung menggantikan posisi Jason Scheff menyanyikan lagu ini sambil memanggul electric bass, tepat di depan gadis pujaan. Duuuuh berjuta-juta rasanya!

Personil Chicago di Album Twenty 1 | ontheroadagain1970.com
Personil Chicago di Album Twenty 1 | ontheroadagain1970.com

Sambil mengayunkan badan layaknya gerakan slow motion mengikuti beat lagu yang memang selow, untuk menikmati peran menggantikan posisi Jason Scheff ini secara maksimal, biasanya saya akan menyanyikan bait demi bait lirik romantis dari lagu You Come To My Senses ini, terutama di bagian reffrain-nya dengan memejamkan mata dan uniknya, disaat-saat seperti itu, saya selalu merasa "si dia" ada di hadapan saya, ikut menikmati "pentas" saya. 

Baca Juga :  Belahan Jiwaku, Apa Kabarmu?

"Si dia" ikut menyanyikan lagu gubahan duo penulis lagu kawakan, Billy Steinberg dan Tom Kelly ini dengan suara lirih dan juga dengan mata terpejam. Duuuuh, di saat-saat seperti itulah, saya merasa dunia serasa milik berdua dan yang lain biar aja ngontrak! He...he...he...  

Tidak hanya itu, setiap mendengar lagu You Come To My Senses ini, juga ada muncul sensasi lain yang tidak kalah unik dan sepertinya harus saya ceritakan, karena generasi sekarang sepertinya tidak akan pernah merasakannya! 

Cover Album Twenty 1 | ontheroadagain1970.com
Cover Album Twenty 1 | ontheroadagain1970.com

Ini bukan terkait materi lagu, tapi lebih pada alat atau media untuk mendengarkan lagu yang saat itu hanya berupa  radio. Mendengar lagu di radio tidak mungkin bisa diulang seperti layaknya memutar lagu memakai kaset pita di mesin tape recorder atau mungkin tinggal playback menggunakan aplikasi musik jaman sekarang, karenanya setiap detik lagu favorit yang berputar, harus benar-benar dinikmati semaksimal mungkin. Ini dia sensasi unik yang ngangeni itu!

Baca Juga :  Membedah 150 Lagu Indonesia Terbaik Sepanjang Masa (1)

Oya, sekedar informasi saja, lagu You Come To My Senses, album Twenty 1 ini dan juga band Chicago ini sangat unik lho!  Meskipun lagu ini tergolong salah satu lagu hit legendaris Chicago, tapi lagu ini relatif jarang bisa ditemukan di album-album lagu pilihan atau greates hits, hingga relatif sulit dicari copy album resminya, kecuali beruntung bertemu dengan copy album Twenty 1-nya langsung yang aslinya tentu sudah sangat langka.

Album kaset The Chicago Story | @kaekaha
Album kaset The Chicago Story | @kaekaha

Dari beberapa album resmi greates hits-nya Chicago sendiri yang kebetulan saya koleksi, hanya album complete greatest hits  dalam bentuk double cassete dengan judul The Chicago Story, rilisan tahun 2002 dari warner dan Rhino yang memuat lagu You Come To My Senses ini. 

Sedangkan di album greatest hits dari various artist atau album keroyokan beragam artis/band, jangan harap bisa menemukannya. Karena sampai sekarang, sayapun belum pernah sekalipun menemukannya. Entahlah apa sebabnya, atau mungkin ini yang menjadikan lagu ini sangat spesial!?

Baca Juga :  Pernah "Shock" Juga, Gitaris Metal Kami ternyata Penggemar Berat Kahitna

Sedangkan sisi unik album Twenty 1 ini adalah judulnya itu sendiri. Twenty 1 yang artinya dua puluh satu, ternyata ini bukanlah merujuk pada urutan album. Jadi album Twenty 1 ini bukanlah album ke-21 Chicago, tapi justeru album studio ke-17 band yang diawal berdirinya bernama The Big Thing, Chicago Transit Authority dan terkahir disingkat menjadi Chicago saja.

Sebenarnya, secara keseluruhan "saat itu, saat masih suka jatuh cinta", saya tidak terlalu suka dengan band yang telah puluhan kali ganti formasi personil dan luar biasanya pada 2016 silam masuk dalam Rock and Roll Hall of Fame ini. 

Selain karena adanya brass section alias instrumen alat tiup "permanen" dalam band yang menurut saya saat itu bunyi-bunyiannya "nggak nyetel" dengan telinga saya, saat itu juga, saya sedang gandrung berat sama sound-sound garang ala musik rock yang tentunya lebih menggairahkan, juga heavy metal, hardcore, alternatif dan musik-musik keras lainnya yang saat itu sama-sama sedang berebut panggung "memeriahkan" musik 90-an yang memang luar biasa banyak ragam jenis dan juga sempalan-sempalannya. 

Mungkin karena sedang jatuh cinta kali ya, hingga You Come To My Senses bisa menerobos ruang hati saya ... Entahlah!


Naaaaah! Bagi anda yang sekarang sedang mabuk kepayang atau sedang kangen atau merindukan siapa saja (asal jangan isteri atau suami orang ya ...he...he...he...), sepertinya boleh lah resep diatas dicoba! 

Sekali lagi,  di bagian reffrain lagu, jangan lupa menikmatinya dengan memejamkan mata sambil menghadirkan "si dia" di hati, pikiran dan di pelupuk mata. Dijamin sensasinya akan mengenyangkan ....eh menenangkan...! He...he...he...


Salam dari Kota 1000 Sungai, 

Banjarmasin nan Bungas!


Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun