Sebagian kisah masa kecil saya dengan "dunia" kereta api bisa dinikmati dalam artikel Kronik Nostalgia Anak-anak Kereta : Kereta Api dan Ragam Budaya yang Dibentuknya. Tidak hanya itu!
Orang-orang Nekat
Lingkungan tempat kami "bermain" yang tidak jauh-jauh dari kereta api, menjadikan kami salah satu saksi hidup dari perjalanan evolusif teknologi dan juga layanan kereta api di Indonesia.
Salah satu yang semakin membuat kami cinta, bangga dan membanggakan kereta api  adalah keberadaan pabrik sepur (sebutan kami untuk PT. INKA/industri KERETA API) yang lokasinya tidak jauh dari kampung kami  atau tepatnya di sekitar setasiun besar Madiun. Apalagi setelah PT. INKA benar-benar berhasil menjadi salah satu produsen kereta api berkelas dunia yang telah mampu mengekspor beragam produknya ke berbagi negara, seperti Bangladesh, Filipina, Malaysia, Thailand, Singapura, dan Australia.Â
Tapi bukan itu saja! Ada lagi yang membuat saya, kami dan sepertinya kita semua masyarakat Indonesia wajib bangga dengan sepur atau kereta api dan juga pabrik sepur PT. INKA di Madiun ini.
Siapa sangka, menurut para "tokoh" pelaku sejarah di awal berdirinya pabrik sepur alias PT INKA di Madiun yang sekarang tentunya sudah pada sepuh, ternyata diawali dengan bondo nekat alias bonek!?
Berawal dari arahan Menristek dan juga ketua BPPT (Badan Pengkajian dan Penerpan Teknologi), Prof. Dr. B.J Habibie pada 1979, yang menyebut sudah saatnya Indonesia melakukan substitusi import dengan alih teknologi kereta dengan mendirikan industri kereta api sendiri di Madiun, Jawa Timur.
Seperti diketahui bersama, Balai Yasa Madiun yang didirikan oleh Belanda di akhir abad 19 atau tepatnya tahun 1884 yang kelak menjadi cikal bakal PT. INKA, pada jamannya merupakan workshop tempat perawatan dan perbaikan kereta api terbesar di Pulau Jawa untuk mendukung operasional seluruh sarana milik SS Eksploitasi Timur (Oosterlijnen) yang baru didatangkan dari pelabuhan.Â
Selama pembangunan lintas Malang-Blitar (1896-1897), Probolinggo-Jember-panarukann (1895-1897) dan Surabaya-Tarik (1897) Balai Yasa Madiun berperan menyediakan beragam suku cadang kereta api termasuk sebagai tempat perakitan jembatan-jembatan baja impor.Â