Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Lebih "3 Dekade" Komik Superman Koleksiku Ini Menebar Inspirasi dan Imajinasi

16 Mei 2021   17:05 Diperbarui: 17 Mei 2021   17:12 1183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

"Like father like son!"

Saya yakin peribahasa berbahasa Inggris di atas sudah sangat familiar bagi kita semua, meskipun bahasa Inggris bukanlah bahasa pergaualan apalagi bahasa ibu kita semua, masyarakat nusantara.

Peribahasa like father like son ini kalau dalam budaya per-peribahasaan kita, mempunyai makna paling dekat dengan peribahasa "buah jatuh tak jauh dari pohonnya" yang secara umum bisa dimaknai sebagai anak pasti tidak jauh beda dengan orangtuanya.

Baca Juga :  Nggak Sengaja Ngoleksi Voucher Pulsa "Jadul", Ternyata Lumayan Lho Hasilnya!

Sepertinya memang peribahasa like father like son inilah yang paling tepat untuk menggambarkan seberapa dekat kesamaan hobi saya dan bapak saya. 

Setidaknya ada 3 kesamaan hobi utama antara saya dengan bapak, yaitu berkebun, bermain dan menikmati musik, serta membaca!

Jujur saya akui, ketiga hobi utama saya di atas sepertinya memang turun dari bapak, jadi sangat identik dengan dua peribahasa di atas, like father like son dan "buah jatuh tak jauh dari pohonnya". 

Cover Depan Komik Superman Kreasi Saya lebih
Cover Depan Komik Superman Kreasi Saya lebih "3 Dekade" Silam | @kaekaha

Bagaimana tidak, puluhan tahun saya bergelut dengan aktifitas berkebun bersama beliau, wajar jika kemudian ketika kembali bersentuhan dengan segarnya hijau dedaunan, juga "harumnya" bau humus yang tersiram air, plus kompos daun dan juga kotoran unggas lebih mudah membuat saya bahagia daripada aktivitas lain-lainnya!

Di sela-sela aktivitas berkebun yang sejatinya tidak pernah membosankan, beliau yang jagau (jago: bhs banjar) alias piawai memainkan beragam alat musik tiup (aerofon) dan kebetulan juga penggemar berat band-band rock n roll era 60 sampai 70-an, setiap hari tidak bisa lepas dari sound-sound gahar di zamannya tersebut, yang menurut beliau akan bermanfaat untuk memacu adrenalin, para pekebun seperti beliau. Waaauuuw!

Baca Juga : Mengenal Alat Musik Dayak Sape' dan Keledi, Instrumen "Sound of Borobudur" dari Kalimantan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun