Memang, tidak ada gading yang tak retak! Tidak semua niat baik akan diterima dengan baik juga, bisa jadi juga tidak semua niat baik bisa dijalankan secara istiqomah dengan baik pula.Â
Karenanya, tidak heran jika kemudian, tetap ada saja perselisihan di masyarakat (meskipun kebanyakan hanya dipendam saja) terkait adanya bagarakan sahur, terutama dengan aktifitas bagarakan sahur liar yang biasanya tidak ada koordinator, penanggung jawab, dan juga pembinanya. Ini yang biasanya membuat masalah
Baca Juga : Â Kisah Al-Ushairim Meraih Surga Tanpa Beribadah Sekalipun
Demi terpeliharanya kebersamaan di masyarakat dan juga lestarinya tradisi banua di masa yang akan datang, ada baiknya semua pihak berkepentingan duduk bersama membahas bagarakan sahur secara egaliter agar keberadaanya tetap menjadi bagian tradisi ramadan khas banua yang ramah sosial dan tepatguna.
Semoga bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H