Menjelang Ramadan seperti sekarang, tidak hanya penjual buah reguler saja yang menjajakan buah belungka batu, tapi juga banyak pedagang buah dadakan yang biasanya datang langsung dari daerah-daerah penghasil belungka batu, seperti dari kabupaten  Tapin dan Tanah Laut. Pedagang-pedagang ini bisa dikenali dari caranya berjualan.
Kalau pedagang buah reguler, biasanya selain menggunaa lapak buah yang menetap atau setidaknya semi permanen, selain menjual belungka batu biasanya mereka juga menjual buah-buah lainnya, termasuk buah-buahan yang ramai diburu setiap bulan puasa seperti  semangka, melon, juga blewah.
Sedangkan pedagang buah dadakan atau musiman, biasanya akan menggunakan mobil pick-up atau gerobak-gerobak buah yang bisa dipindah setiap saat untuk  menjajakan si buah Ramadhan di pinggir-pinggir jalan protokol di Kota Banjarmasin dan sekitarnya.Â
Pemandangan sedikit berbeda akan terlihat di sepanjang jalan Desa Pandahan, Kecamatan Bati-Bati, Kabupaten Tanah Laut yang menghubungkan Kota Banjarmasin dan Kabupaten Kotabaru setiap menjelang Ramadan.Â
Selain dikenal sebagai kampung penghasil belungka batu, di sepanjang jalan kampung ini kita juga bisa menemukan warga yang membuat lapak berjualan belungka batu sederhana di depan rumah masing-masing. Jadi, berada disini kita serasa berada di pasar khusus yang menjual belungka batu.
Mengenal Belungka Batu
Buah belungka batu yang termasuk dalam keluarga Cucurbitaceae atau keluarga ketimun-timunan ini lebih populer dan dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai Timun Suri.
Meskipun termasuk tanaman semusim (sekali panen) tapi tetap bisa ditanam sepanjang musim atau kapan saja, di Kalimantan Selatan, anehnya buah belungka batu ini hanya bisa di temukan di sekitar bulan Ramadhan saja, sehingga wajar jika masyarakat Banjar juga menyebutnya sebagai "Buah Ramadhan", karena diluar bulan Ramadhan memang sulit sekali menemukan buah yang masih satu keluarga dengan buah melon itu. Â
Fakta ini sepertinya juga tidak terlepas dari fungsi buah Belungka Batu itu sendiri, yang relatif hanya cocok untuk membuat es buah saja, sedangkan inovasi diversifikasi produk olahan yang lain masih belum ada, sehingga sebagian besar petaninya juga lebih memilih untuk pragmatis dengan hanya menanam buah Belungka batu di sekitar bulan Ramadan saja, ketika permintaan sedang berada pada fase puncak.