"Ca, kamu selalu mengingatkan abah kepada gadis cantik yang dulu sanggup membuat abah mabuk kepayang hingga jatuh cinta setengah gila dan hampir mati, karenanya!"
"Mama kah bah orangnya!" Godanya sambil melirik kearah istriku, mamanya Rosa yang tengah memainkan tuts keyboardnya memainkan intro lagu sendu milik Europe yang pernah beken di awal 90-an tomorrow, lagu yang pernah mempertemukan kami dulu.
"Dia seorang dokter cantik yang banyak dipuja sekaligus idola banyak pria, persis seperti kamu!"Â Saking gemasnya ku towel pipi gadis cantikku itu, hingga Rosa berteriak kesakitan.
Hubunganku dengan Rosa memang sangat dekat, tautan batin kami begitu kuat. Bahkan Rosa lebih sering curhat dan bercerita apa saja kepadaku daripada kepada mamanya, hingga kadang-kadang mamanyapun dibuatnya cemburu. Mungkin ini juga yang akhir-akhir ini membuatku merasa takut kehilangan Rosa, takut kehilangan hari-hari bersama permata-permata pelipur laraku.
Baca Juga : Â Rezeki Anak Saleh | Uang 100 Juta Dalam Plastik di Tempat Sampah
Di suatu pagi yang cerah, saat kami tengah asyik memanen berbagai sayur-sayuran rawa khas Kalimantan Selatan, seperti kangkung rawa, batang talipuk atau batang bunga teratai dan lain-lainnya, dengan nada dan rona ceria nan bahagia, Rosa menceritakan pertemuannya dengan seorang dokter spesialis muda yang dikatakannya hebat dan mirip sekali dengan aku, terlebih ketampanannya yang disebutnya sebelas-duabelas, mirip sekali dengan aku, bahkan katanya persis pinang dibelah dua juga katanya.
Jujur, aku merasa bangga dan tersanjung sekali demi mendengar pengakuan Rosa yang ternyata juga menjadikan diriku sebagai pattern untuk mencari pendamping hidup.
"Aaaah, Rosa memang sudah dewasa. Aku hanya bisa mendoakannya semoga mendapatkan pendamping terbaik yang syukur-syukur sepadan dengannya", gumamku dalam hati, sambil terus memperhatikan tingkah lucu gadisku yang tetap tersipu-si[u sambil sedikit malu saat menceritakan lelaki dambaanya.
Sejak kecil aku dan istriku memang sengaja mendidiknya untuk untuk bisa bergaul dan berteman dengan siapa saja, sehingga untuk urusan asmara dan pendamping hidup ini, aku dan istriku juga lebih mempercayakan semuanya  kepada pilihan Rosa sendiri yang pastinya pilihan terbaiknya.
Sejak pengakuan Rosa di Minggu pagi beberapa hari yang lalu, terkait pertemuannya dengan dokter muda yang dikatakanya mempunyai ketampanan sepertiku, Rosa memang seperti mabuk kepayang. Tiada hari tanpa cerita sosok dokter spesialis muda itu. Sampai di suatu senja, sepulang dari rumah sakit tempatnya mengabdi, Rosa pulang dengan wajah sayu dan tampak air mata tertahan di balik kedua bola matanya dan ...
"Oca hamil bah!"Â