Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Jalan Sunyi "Panahan Kasumedangan" Menolak Punah

9 Desember 2020   23:38 Diperbarui: 12 Desember 2020   20:02 1371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemanah Kasumedangan Sedang Membidik Sasaran | Screenshoot YouTube/KrisnaEuy 

Panahan Kasumedangan yang diyakini oleh masyarakat Sumedang sendiri sebagai warisan dari peradaban budaya kerajaan Sumedang Larang yang menurut beberapa literatur sudah mulai eksis di abad ketujuh tersebut.

Diyakini juga mengandung nilai-nilai kearifan sebagai perlambang dari kehidupan, seperti perlunya kerja keras, kerja sama, kecermatan, ketekunan, ketelitian, ketertiban, sportivitas dan perlunya menyikapi persaingan secara arif serta banyak lagi yang lainnya.

Sejauh ini memang belum ada penelitian khusus, untuk mencari tahu jawaban terkait lestarinya warisan Panahan Kasumedangan di Kampung Cimanglid yang jika dihitung dari awal eksistensi Kerajaan Sumedang Larang telah lebih dari 10 (sepuluh) abad, kecuali melimpahnya sumber bahan baku pembuatan instrumen Panahan Kasumedangan, yaitu pohon bambu.

Kampung Cimanglid Desa Pasir Biru, memang telah dikenal sebagai penghasil bambu sejak lama. Di seputaran kampung dan Desa ini tumbuh subur sekitar 13 (tigabelas) jenis pohon bambu yang membuat suasanan kampung ini tampak sejuk dan menyegarkan. 

Diantara sekian banyak jenis bambu tersebut, jenis bambu bitung atau bambu betung/petung (Dendrocalamus asper) yang dalam bahasa Inggris biasa disebut giant bamboo ini memang dikenal kuat dan liat, sehingga menjadi komoditi terpenting.

Dalam keadaan normal di habitatnya, jenis bambu ini bisa tumbuh sampai setinggi 20 m dengan warna kulit bervariasi dari hijau, hijau tua, hijau keunguan, hijau keputihan, atau bertotol-totol putih karena liken.

Diameter buluh batang terbesarnya yang bisa mencapai 18-20 cm, dengan panjang ruas 40-50 cm dan ketebalan buluh batangnya yang bisa mencapai 11 sampai 36 mm tentu sangat cocok untuk membuat rancatan bow (busur panah) tradisional khas dari Sumedang yang sangat terkenal dikalangan penikmat olahraga panahan di Indonesia dan juga anak panahnya.

Anak Panah Khas panahan Kasumedangan | Screeshoot YouTube/KrisnaEuy
Anak Panah Khas panahan Kasumedangan | Screeshoot YouTube/KrisnaEuy

Membuat Perangkat Panahan

Uniknya, dalam tradisi masyarakat Kampung Cimanglid, untuk memilih bambu bitung yang akan dipakai untuk membuat rancatan bow (busur panah) tradisional khas dari Sumedang dan juga anak panahnya tidak bisa dilakukan sembarangan.

Bambu pilihan dimaksud haruslah tumbuh menghadap ke arah timur yang tentunya lebih banyak mendapat paparan sinar matahari, daripada yang tumbuh menghadap arah lainnya.

Karena diyakini tumbuhnya bambu akan lebih sehat dan maksimal sehinga buluh batangnya pasti lebih kuat dan liat. Tidak hanya itu, penebangan bambu juga waijb dilakukan, hanya pada hari tanggal 1 Muharram yang bertepatan dengan tahun baru umat Islam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun