Masyarakat Banjar atau Urang Banjar, sejak dulu dikenal mempunyai akar kebudayaan Islam yang sangat kuat. Sejarah interaksi di antara keduanya diyakini para sejarawan telah dimulai jauh sebelum berdirinya Kesultanan Banjar sekitar 5 abad yang lalu. Dalam perjalanannya, budaya lokal masyarakat Banjar yang bersumber dan berakar dari kebudayaan melayu bisa berakulturasi dengan tradisi dan budaya Islam dengan baik, sampai-sampai relatif susah untuk mendapatkan garis separasi di antara keduanya.
Situasi ini selaras dengan pernyataan antropolog Judith Nagata (dalam Hairus Salim HS), Suku Banjar merupakan salah satu suku di Indonesia yang identitas kesukuannya bertumpang tindih dengan identitas keagamaan, "Agama ya suku, suku ya agama".
Berangkat dari fakta kedekatan antara Urang Banjar dengan Islam beserta segala aspek yang dimiliki, bisa dipastikan keyakinan Senja Kuning berikut pernak-pernik atribut yang dianggap sebagai mitos tersebut, justeru awalnya berasal dari tuntunan Agama Islam yang bersumber dari Al Quran dan Al Hadits, hanya saja dalam perjalannannya seperti tradisi budaya lainnya, akan terjadi penambahan dan perkembangan seiring berjalannya waktu.
Sebagai bukti, beberapa dalil dari Al Hadits dan Al Quran berikut bisa menjelaskan! Â
Menurut hadis Rasulullah, "Jangan kalian membiarkan anak anak kalian di saat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam,"
Ada juga riwayat lain, Rasulullah bersabda "Jika sore hari mulai gelap maka tahanlah bayi bayi kalian sebab iblis mulai bergentayangan pada saat itu, jika sesaat dari malam telah berlalu maka lepaskan mereka, kunci pintu pintu rumah dan sebutlah nama Allah sebab setan tidak membuka pintu yang tertutup. Dan tutup rapat tempat air kalian dan sebutlah nama Allah. Dan tutup tempat makanan kalian dan sebutlah nama Allah meskipun kalian mendapatkan sesuatu padanya." (Dari Jabir dalam kitab Sahih Muslim)
sanja Kuning atau lembayung senja menampakkan diri di cakrawala) diatas dapat dijelaskan secara ilmiah oleh Prof. DR. Ir. H. Osly Rachman, MS dalam bukunya The Science Of Shalat terbitan Qultummedia. Berikut penjelasannya,
Hadis Rasulullah terkait tuntunan bagi umat ketika menjelang Maghrib atau peralihan hari (tentunya termasuk saatMenjelang magrib atau saat Sanja Kuning nampak, alam akan berubah menjadi spektrum cahaya berwarna merah. Cahaya merupakan gelombang elektromagnetis (EM) yang memiliki spektrum warna yang berbeda satu sama lain. Setiap warna dalam spektrum mempunyai energi, frekuensi dan panjang gelombang yang berbeda.
Perubahan spekrum warna alam pada saat menjelang Maghrib atau pada saat saat Sanja Kuning yang dominan spektrum warna merah, selaras dengan frekuensi spektrum jin dan iblis. Pada waktu sanja kuning ini, jin dan iblis amat bertenaga karena memiliki resonansi bersamaan dengan spektrum warna alam dan kebetulan, pada saat bersamaan terjadi proses interfernsi atau tumpang tindihnya dua atau lebih gelombang yang berfrekuensi sama pada spektrum cahaya yang menyebabkan penglihatan manusia menjadi kurang tajam akibat adanya semacam fatamorgana.
Dari hadis pertama Rasulullah diatas dijelaskan, bahwa pada waktu magrib yang bersamaan dengan kegelapan, setan akan menyebar bahkan dikisahkan beberapa diantaranya juga berebut untuk mencari tempat tinggal, karenanya ada juga sebagian setan yang takut dari kejahatan setan yang lain, sehigga masing-masing setan juga harus memiliki tempat yang aman atau setidaknya sesuatu yang bisa dijadikannya sebagai tempat berlindung. Mereka tersebar dengan cara dan jumlah yang tidak ada yang tahu selain Allah.
Dengan kecepatan kilat berlipat lipat, mereka bisa bergerak dengan cepat melebihi kecepatan manusia. Beberapa dari mereka berlindung dalam wadah kosong, rumah kosong dan beberapa dari mereka berlindung kepada sekelompok manusia yang saat Sanja Kuning masih duduk-duduk. Mereka memang tidak merasakannya, setan-setan itu ikut duduk disitu supaya aman dari penindasan sesama setan yang lebih kuat yang saat itu mulai berkeliaran seperti angin di bumi.