Mobil Datsun produksi Nissan masuk ke pasar otomotif Indonesia dan sebagian besar Asia, juga benua Amerika pada era 60-an, jumlah produksi hanya sekitar 750 unit saja untuk Indonesa dan distribusikan oleh ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merek) PT Indokarya.
Pada 1974, Â PT Indokarya memutuskan untuk memproduksi Datsun dengan kandungan 75% bahan-bahan lokal (atas anjuran pemerintah). Sayang tidak berlangsung lama, pada 1981, agen tunggal Nissan berpindah tangan ke Wahana Wirawan yang pada tahun 1989 menjualnya ke Indomobil Group. Sejak saat itu Indocitra Buana menjadi perusahaan distribusinya.
Di era 80-an, masyarakat Indonesia sangat familiar dengan beberapa varian mobil Datsun, seperti Datsun 620 (salah satu raja mobil jenis pick-up  di Indonesia saat itu), Datsun Sunny, Datsun Bluebird 510, Datsun 180SX dan tentu saja Datsun 280Z. Ada yang masih ingat dengan penampakan mobil-mobil tersebut.
Selamat pagi, Sangatta! Â
Baiklah, setelah tulisan pertama "Datsun dan Kenangan Menjelajah Eksotisnya Alam Liar Kalimantan (1)", sebagai bentuk apresiasi saya untuk kenangan dan pengalaman indah yang pernah terukir dengan DATSUN yang khabarnya akan tutup buku di awal tahun 2020, saya akan melanjutkan berbagi kenangan indah keliling Pulau Kalimantan menjelajah wisata pulau terdepan dengan Datsun Go Panca dan Go Panca + dalam tajuk "Kompasiana Blog Trip - Datsun Risers Expedition, Etape 1 - Kalimantan Timur ". Yuk berangkat!
Selamat pagi, Sangatta! Â Itulah sapaan salam hangat penuh semangat dari para risers ketika mentari pagi mulai memendarkan cahaya kuning emasnya di langit Kota Sangatta, Â ladang batubara terbesar di Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Â
Semalam di Sangatta, Â merupakan kenangan luar biasa yang tidak akan pernah terlupakan. Â
Sedih, suka dan bahagia semua berbaur dalam kebersamaan sebagai risers dalam Datsun Risers Expedition, Sedih karena koneksi internet yang "aneh", lha kok aneh? Â Memang aneh, Â sangat aneh malah!Â
Di saat semua risers yang otomatis juga Kompasianer (kecuali trio risers cewek Maya, Devi,  Achi) memerlukan koneksi internet untuk meng-upload reportase  masing-masing ke akun Kompasiana ternyata harus rela mengelus dada.