Dari sinilah, saya berpikir keras bagaimana caranya untuk memberikan sebuah wacana segar mengisi kekosongan aktifitas kreatif anak-anak saya dengan cara yang menyenangkan dan menghibur, sekaligus mencoba membangun kerangka berproses kreatif yang bisa memberi manfaat ekonomis untuk keluarga dan tentunya untuk cita-cita besar saya untuk terus melakukan campaign project“memasyarakatkan pentingnya tes buta warna sejak dini kepada seluruh masyarakat Indonesia”. Inilah kisah besar kedua yang menjadi pemicu lahirnya PBB “Bungas”
Pada era itu, sebenarnya tidak hanya kerajinan tangan dari bahan triplek saja yang populer, tapi juga berbagai bentuk kerajinan tangan lainnya juga sulak atau kemoceng dari bahan bulu ayam jago atau dari bahan tali rafia/rumput Jepang, terus ada juga keset dari bahan sabut kelapa atau dari alas kaki alias sandal jepit bekas, Pigura dan aneka mainan padat hasil cetakan dari bahan campuran semen dan lilin cair. Sangat menakjubkan!
Kerinduan pada suasana hangat yang penuh dengan keakraban, kepedulian dan kebersamaan yang benar-benar natural ditambah dengan potensi besar produk kerajinan dari triplek untuk mendapatkan ceruk pasar potensial menjadi alasan ketiga saya membidani lahirnya Markas Besar PBB "Bungas".
Kisah Kolaboraksi Dahsyat @pernikbanua dengan JNE
Sabtu pagi, 6 Mei 2017 ada pesan masuk melalui aplikasi WA saya dari seorang ibu yang mengaku berasal dari Kota Padang Sumatera Barat. Setelah saling menyapa dan menyampaikan maksud, ternyata beliau tertarik dengan salah satu produk kreatif dari @pernikbanua produksi kami, yaitu kupu-kupu berbentuk puzzle 3 Dimensi berikut harga jual per-piece nya. Hanya saja, puzzle kupu-kupu 3D itu harus sudah mendarat di meja kantor beliau di Padang paling lambat pada Selasa pagi, 9 Mei 2017.
"Karena, siang harinya akan dipakai", Kata beliau.
Mau tidak mau orderan tetap harus saya ambil, sekalian promosi untuk Sumatera Barat dan sekitarnya pikir saya. Urusan pengiriman dipikir sambil jalan saja, kalau perlu harus ngerayu ekspedisi langganan agar semuanya beres!
Senin pagi, hampir seluruh kantor ekspedisi "ternama" di Banjarmasin saya datangi. Semuanya angkat tangan dan menyerah, termasuk beberapa perusahaan expedisi terkenal yang salah satunya merupakan langganan saya sebelumnya. Alasan mereka macam-macam, waktunya terlalu mepet, armada nggak bisa langsung karena Padang tidak termasuk Kota tujuan utama, Armada harus transit dulu ke Jakarta dan banyak lagi alasan lainnya.