Ada beberapa kisah besar yang menjadi latar belakang berdirinya PBB "Bungas" atau @pernikbanua ini, sehingga sekarang tetap bisa eksis memberi pilihan serta alternatif souvenir yang lebih cantik dan inovatif bagi para kolektor souvenir baik lokal Kalimantan Selatan maupun wisatawan yang datang ke Kalimantan Selatan, baik dari dalam maupun luar negeri.
Tragedi Buta Warna yang sempat membawa saya ke titik terendah dalam fase perjalanan kehidupan, menjadi kisah besar pertama yang memberi andil utama lahirnya @pernikbanua di Kota 1000 Damkar, Banjarmasin.
Baca Juga : Memasyarakatkan, Pentingnya Tes Buta Warna Sejak Dini
Kelainan buta warna yang saya dapatkan sebagai warisan turun-temurun (terpaut sex) dari leluhur saya yang sebelumnya sama sekali tidak saya ketahui, mengharuskan saya memutar haluan hidup 180 derajat dari arah yang sejak kecil sudah saya jaga dan perjuangkan keberhasilannya bersama-sama dengan orang-orang terkasih disekitar saya.
Meskipun jalan untuk mengejar cita-cita dengan cara yang tidak akan diridhoi oleh Allah SWT saat itu sangat terbuka. Saya meyakini, seburuk apapun takdir yang harus saya jalani saat itu pastilah bagian dari rencana besar dan terbaik dari yang Maha Besar dan Maha Baik, Allah SWT untuk saya dan orang-orang terkasih disekitar saya.
Untuk mencari dan mendapatkan bagian-bagian dari puzzle kehidupan saya yang harus tetap berjalan dan berlajut pasca ditetapkan sebagai penyandang buta warna, saya berusaha menterjemahkannya dengan terus berikhtiar dengan menggali berbagai potensi besar yang saya miliki.
Inilah cikal-bakal dari munculnya ide untuk mendirikan Markas Besar PBB "Bungas" yang sampai sekarang terus berjuang tidak hanya berkarya dan berkreatifitas untuk saya pribadi tapi juga berusaha menghidupkan asa dari penyandang buta warna di Indonesia. Alhamdulillah, kampanye saya untuk terus memperkenalkan pentingnya tes butawarna sejak dini kepada seluruh masyarakat Indonesia dengan terus menggali potensi diri, mendapat apresiasi dan dukungan dari Narasi TV, Broadcast Start Up milik dari Najwa Shibab host dari Acara Mata Najwa. Berikut videonya,
Saya perhatikan anak-anak saya yang mulai tumbuh remaja, mereka seperti terjebak dengan rutinitas pola belajar harian anak-anak sekarang yang cenderung pragmatis dan seperti robot yang miskin kreatifitas. Selain karena pelajaran praktis tentang keterampilan/kerajinan tangan yang sepertinya memang sudah menghilang dari kurikulum, sistem belajar fullday sedikit banyak juga mempengaruhi intensitas interaksi mereka dengan lingkungan sekitar menjadi sangat terbatas.