Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bapukung, Tradisi Tua Meninabobokan Bayi Khas Suku Banjar

2 Oktober 2018   12:28 Diperbarui: 2 Oktober 2018   17:02 4943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mamukung Bayi diatas 1 Tahun (Foto : Habar Budaya)

Apa yang ada dalam benak anda, ketika melihat foto di atas? Ngeri? Heran? Geram? atau jangan-jangan malah tertawa?.

Melihat "fragmentasi" dari tampilan foto di atas, reaksi spontan dari sebagian besar teman dan sahabat saya dari berbagai daerah di Indonesia yang kebetulan pernah kopi darat dengan saya, paling banyak adalah memelototkan mata sambil berkata "Kejam! Diapain itu anak?! Emang Gak Sakit!? dan bla... bla... bla!".

Ini wajar! Karena, fokus perhatian teman-teman ketika pertama kali melihat foto diatas umumnya dan biasanya adalah wajah polos bayi dengan sepasang mata terpejam yang badannya terikat kain dan digantung oleh sepasang tali!

Siapapun orangnya yang baru pertama kali melihat foto di atas, saya yakin pasti berimajinasi seperti sedang melihat seorang anak kecil yang diikat dan digantung! Iya kan!?.

Menurut saya, fragmentasi foto di atas masih belum seberapa! Mungkin, kalau melihat proses "mengikat-nya" secara langsung kepada bayi yang tengah menangis sambil meronta-ronta, saya yakin anda semua tidak akan pernah tega untuk melihatnya untuk kali kedua! Dijamin! Hi...hi...

Eiiit, tunggu dulu! Foto dan diskripsi saya untuk foto di atas bukanlah sebuah eksekusi, persekusi atau jenis kusi-kusi yang lain lho!.

Foto di atas adalah gambar dari salah satu cara unik dan ampuh masyarakat Banjar dan Dayak di Kalimantan Selatan, untuk membuai dan meninabobokkan atau menidurkan anak-anak balita agar tidurnya nyenyak, pules dan dijamin lebih tahan lama.

Data dan Fakta Bapukung (Grafis : @Berita Banjarmasin)
Data dan Fakta Bapukung (Grafis : @Berita Banjarmasin)
Mengenal Tradisi Bapukung

Kearifan lokal khas yang hanya ada di lingkungan Suku Banjar dan Suku Dayak ini biasa disebut dengan istilah Bapukung.

Menurut Kamus Bahasa Banjar-Indonesia, karya Abdul Djebar Hapip, Guru besar FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, terbitan PT. Grafika Wangi Kalimantan, tahun 2006 kata Bapukung; mamukung.

Kata ini berasal dari kata dasar pukung yang berarti membuai/mengayun (bayi) di posisi duduk dan kaki terlonjor (dengan melipat kain ayunan sedemikian rupa sehingga menyelimuti seluruh tubuh bayi dan dibelit lagi dengan kain sehingga badan bayi hangat dan aman) seperti posisi bayi saat berada dalam kandungan.

Bapukung merupakan sebuah tradisi "bahari" (tua) di Kalimantan Selatan yang diturunkan secara turun temurun dari nenek moyang yang usianya bisa jadi juga setua peradaban suku Banjar dan Dayak yang dikenal sebagai penghuni asli Pulau Kalimantan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun