cantiknya ornamen pintu samping (Foto : @kaekaha)
Pada bagian kanan atas terdapat tulisan "Krono Legi : Hijrah 1296 bulan Rajab hari Selasa tanggal 17", sedang pada bagian kiri terdapat tulisan : "Allah subhanu wal hamdi al-Haj Muhammad Ali al-Najri". Ini berarti pembuatan mimbar pada hari Selasa Legi tanggal 17 Rajab 1296, atas nama Haji Muhammad Ali al-Najri.
Baca juga :Â Journey to Banjar, Koleksi Lagu Banjar Bahari Ramuan Sang Radja
Sedangkan di bawah tempat duduk mimbar terdapat undak-undakan atau anak tangga berjumlah 9 yang dihiasi dengan ukiran berupa sulur-suluran, kelopak bunga dan arabes yang distilir.Â
Ditengah-tengah langit ruangan masjid, terdapat lampu gantung besar (chandelier) cantik yang berbentuk layaknya sekuntum bunga yang sedang mekar jika dilihat tepat dari bawahnya. Hiasan ini semakin memperkuat kesan klasik pada Masjid yang ruangannya terasa adem ini.
Chandelier cantik dengan latar plafon kayu ulin (Foto @kaekaha)
Dibagian kanan dan kiri mihrab terdapat pintu utama (lawang agung), masing-masing terdapat sebuah inskripsi yang tertulis pada bidang berbentuk segi delapan berukuran 50 cm x 50 cm.Â
Pada daun pintu sebelah kanan terdapat 5 baris inskripsi Arab-Melayu berbunyi : " Ba'da hijratun Nabi Shalallahu 'alahihi wassalam sunnah 1159 pada Tahun Wawu ngaran Sultan Tamjidillah Kerajaan dalam Negeri Banjar dalam tanah tinggalan Yang mulia."
Sedangkan pada daun pintu sebelah kiri terdapat 5 baris inskripsi Arab-Melayu berbunyi: "Kiai Damang Astungkara mendirikan wakaf Lawang Agung Masjid di Nagri Banjar Darussalam pada hari Isnain pada sapuluh hari bulan Sya'ban tatkala itu (tidak terbaca)".Â
Kedua inskripsi ini menunjukkan pada hari Senin tanggal 10 Sya'ban 1159 telah berlangsung pembuatan Lawang Agung (pintu utama) oleh Kiai Demang Astungkara pada masa pemerintahan Sultan Sepuh atau Sultan Tamjidullah I (1734-1759).
Mihrab Sultan dan Lawang Agung berusia 5 abad (Foto : @kaekaha)
Secara umum, selain motif kaligrafi arab, ragam hias/ornamen yang terpahat di Masjid Sultan Suriansyah didominasi oleh ragam motif ukiran khas Banjar berupa,
motif flora (daun jaruju, bunga mawar dan melati, buah manggis, buah waluh dan batang sulur-suluran yang berpilin-pilin),
motif fauna (
stilisasi buntut ayam jago pada ragam jamang/sigar dan burung enggang pada puraka) dan
motif geometris berbentuk mirip kipas  yang didominasi warna hijau dan kuning, ciri khas yang membungkus hampir seluruh ornamen yang menghiasi masjid.
Baca yuk :Â Kuntau, Seni Bela Diri yang Hampir Hilang di Kalimantan Selatan
Motif dan warna dominan hijau dan kuning ini menunjukkan kedekatan masyarakat Banjar dengan alam dan lingkungannya. Khusus untuk ornamen motif flora dan motif fauna, distilir dulu sebelum diterapkan menjadi ornamen hias Masjid, hal ini untuk menghindari kemusyrikkan sebab Islam melarang bentuk atau gambar menyerupai makhluk hidup.
Lantai Kayu Ulin (Foto : @kaekaha)
Keunikan lain dari masjid ini adalah keberadaan lantai kayu yang disusun dari batangan-batangan kayu ulin berbentuk persegi  berwarna hitam keabuabuan yang membentuk ornamen estetis yang unik, cantik dan terlihat
kinclong dan licin bila diinjak kaki telanjang.  Melihat susunan batang kayunya yang unik, membuat kening siapapun yang melihatnya akan berkerut, betapa cerdas yang membuat pola dan menyusunnya menjadi komposisi yang sangat cantik.
Lihat Sosbud Selengkapnya