Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Wiraswasta - Best in Citizen Journalism 2020

(Mantan) Musisi, (mantan) penyiar radio dan (mantan) perokok berat yang juga penyintas kelainan buta warna parsial ini, penikmat budaya nusantara, buku cerita, sepakbola, kopi nashittel, serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Kuntau, Seni Bela Diri yang Hampir Hilang di Kalimantan Selatan

11 September 2018   09:38 Diperbarui: 11 September 2018   14:52 4786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bakuntau (Foto : kanalkalimantan.com)

Dominasi atlet-atlet pencak silat Indonesia pada event Asian Games 2018 yang diselenggarakan di Jakarta-Palembang beberapa saat yang lalu, ternyata memberi efek domino yang cukup bagus bagi "popularitas" seni bela diri asli dari Indonesia ini. 

Popularitas pencak silat sebagai cabang olahraga pendulang medali emas terbanyak langsung “meroket”. Di mana-mana, pencak silat menjadi trending topic obrolan masyarakat.

Semoga situasi ini bukan sekedar euforia sesaat layaknya peribahasa hangat-hangat tahi ayam! Setelah hilang hangatnya, hanya bau busuknya saja yang tertinggal he…he…he…

Membahas tema pencak silat, mengingatkan saya pada salah satu seni bela diri tua khas banua Banjar yang biasa kami sebut dengan Kuntausebagian ada juga yang menyambat (menyebut) Kuntao dan Kuntaw.

Sayang, seni bela diri yang konon berasal dari daratan Tiongkok ini, dari tahun ke tahun popularitasnya di banua BanjarKalimantan Selatan semakin menurun. Bahkan di seputar Kota Banjarmasin dan sekitarnya, meskipun masih ada perguruan yang mendalami seni bela diri Kuntau ini,  tapi kondisinya memang tidak lebih dari hidup segan mati tak mau! Aktifitas perguruan ini rata-rata tidak pernah terekspos, sehingga nyaris tidak pernah terdengar lagi geliatnya.

Kondisi lebih baik sepertinya bisa ditemui di beberapa daerah yang posisinya agak ke pedalaman seperti di daerah Marabahan, Barito Kuala serta di daerah pahuluaan atau daerah Banua Anam yang meliputi Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong.  


Mengenal Kuntau
Kuntau, sebagian ada yang menyebut dengan Kuntao atau Kuntauw, secara harfiah berarti  "jalan kepalan" tapi sebagian besar menterjemahkan sebagai "seni pertempuran". 

Sejauh ini, seni bela diri yang berkembang di masyarakat Melayu Asia Tenggara, khususnya Malaysia (Sabah dan Sarawak di Pulau Kalimantan), Indonesia, Singapura dan Filipina ini  dikenal berasal dari daratan Tiongkok.

Ada dua teori terkait keberadaan Kuntau sebagai bela diri khas masyarakat Melayu. Pertama, Kuntau lahir di Tiongkok dan menyebar ke Asia Tenggara karena di bawa oleh para imigran dari daerah Cina Selatan, sedang teori Kedua, Kuntau memang lahir dan besar di Asia Tenggara dari rahim komunitas Tionghoa di Asia Tenggara.

Salah satu keunikan Kuntau yang paling menonjol adalah sifat eklektik  (bersifat memilih yang terbaik dari berbagai sumber) yang memungkinkan Kuntao bersifat adaptif terhadap lingkungan sekitar. Dengan begitu Kuntau tidak mempunyai bentuk yang baku, bisa hidup dan berkembang dimanapun berada. 

Sebagai contoh, Gaya atau jurus Kuntau akhirnya sangat fleksibel sehingga bisa disesuaikan dengan “medan” di mana Kuntau berkembang, bahkan untuk senjata.

Kuntau selalu menjadikan senjata lokal sebagai prioritas utama sebagai senjata andalan. Sedangkan dalam pertempuran atau pertarungan, seni bela diri Kuntau meskipun terlihat eksplosif dan agresif layaknya seni bela diri lainnya, sebenarnya mempunyai filosofis "menunggu" atau reaksi saja! Karena, bagi pesilat Kuntau bertarung itu hanya untuk membela diri serta menjaga keselatan diri semata. 

Selain itu, Kuntau juga mempunyai sistem atau pola latih yang unik!  Dari awal, pola serta teknik latih Kuntau cenderung tertutup dan terbatas hanya pada suatu, clan atau keluarga, kampung, maupun suatu kelompok tertentu saja secara turun temurun, agar rahasia jurus atau gaya yang dimiliki tetap terjaga dan steril dari pengamatan bahkan pencurian clan atau keluarga yang berbeda. Ciri khas menutup diri maupun menyembunyikan inti dari ilmunya kepada orang lain di luar lingkungan mereka ini masih tetap terjaga sampai saat ini.

Bakuntau (Foto : kanalkalimantan.com)
Bakuntau (Foto : kanalkalimantan.com)
Mungkin ini salah satu penyebab dari semakin memudarnya pesona dan gaung Kuntau di berbagai daerah di Indonesia yang sebelumnya menjadi kantong-kantong subur pertumbuhannya dan akhirnya penggiat seni bela diri ini sebagian besar menyisakan kaum tuanya saja.

Sementara itu, masyarakat melayu pada awalnya hanya sedikit yang mempunyai akses belajar Kuntau, biasanya hanya orang-orang dekat atau kepercayaan disekitar clan tionghoa penerus Kuntau saja yang bisa atau boleh ikut berlatih, tapi semenjak gelora perlawanan terhadap penjajah Belanda semakin membara pada akhir paruh pertama abad 20.

Kuntau mulai sedikit membuka diri bahkan akhirnya mempunyai peran besar dalam membekali para pejuang dengan seni bela diri mumpuni guna melawan penjajah Belanda.

Pertemuan antara seni bela diri Kuntau dengan masyarakat Melayu, khususnya di Indonesia secara tidak langsung juga mempertemukan Kuntau dengan Pencak Silat. Dalam perkembangannya di beberapa daerah, termasuk di Kalimantan Selatan gaya atau jurus Kuntau juga memasukkan teknik atau jurus dari silat. 

Uniknya karena akulturasi ini, selain semakin sulit membedakan antara mana Kuntau dan mana pencak silat, secara perlahan akhirnya beberapa diantaranya memilih merubah identitas  nama Kuntao menjadi "silat". Walaupun ada juga yang memilih nama demokratis dengan cara menggabungkan dua kata, yaitu Kuntao silat atau silat Kuntau.

Khusus di Kalimantan Selatan, akulturasi antara seni bela diri silat dengan Kuntau, akhirnya melahirkan beberapa jenis silat Kuntau baru, seperti  Kuntau Bangkui dan Kuntau Jagau. Perbedaan di antara keduanya adalah jika Kuntau Bangkui menekankan kepada ilmu bela diri pertahanan, maka Kuntau Jagau lebih mengutamakan aspek seni. 

Menurut para tetuha para pendekar diatas, kedua jenis silat Kuntau ini sama-sama berdiri di atas dasar-dasar ilmu bela diri dengan jurus-jurus kombinasi dari berbagai sumber permainan mulai dari Cimpedeh, jurus silat Madura hingga patikaman (ilmu-ilmu mematikan khas Kuntau Banjar) dengan landasan utama berupa ilmu tauhid alias Ketuhanan.

Bakuntau (Foto : kanalkalimantan.com)
Bakuntau (Foto : kanalkalimantan.com)
Prosesi Belajar Teknik dan Jurus Kuntau
Tradisi masyarakat Banjar untuk belajar Kuntau, biasanya dilakukan pada malam hari. Sebelum memulai untuk latihan atau bertarung di gelanggang khusus yang dibuat relatif sederhana, biasanya didahului dengan menggelar upacara basalamatan dan uniknya lagi, setiap latihan selalu diiringi dengan tetabuhan beberapa macam alat musik khas Banjar seperti, babun (kendang), gong, serta serunai (seruling khas Banjar) untuk menambah semangat dan kesemarakan suasana latihan rutin yang akhirnya menjadi ciri khas dari pentas tradisi main Kuntau yang biasa disebut Bakuntau oleh masyarakat Banjar.

Seperti halnya seni bela diri lainnya, Kuntau juga memiliki gaya atau jurus. Dalam ilmu Kuntau yang berkembang di Kalimantan Selatan, istilah jurus disebut dengan “bunga” dan bila disambat (disebut) “mambawa bunga” artinya seseorang sedang memperagakan jurus Kuntau.

Proses belajar seni bela diri Kuntau secara sederhana adalah dimulai atau diawali dengan belajar “bunga (jurus), setelah menguasai secara sempurna baru dilanjutkan belajar “patikaman”  yang secara umum bisa dimaknai sebagai  jurus rahasia. Hanya saja, untuk bisa mendapatkan ilmu patikaman” ini tidak mudah dan tidak semuanya bisa! Biasanya, hanya murid-murid pilihan dengan kualifikasi tertentu saja  yang bisa mendapatkan ilmu mematikan yang relatif “berbahaya” jika jatuh ke pribadi yang salah ini.

Bagi murid yang sudah bisa menguasai ilmu patikaman”, selanjutnya mereka akan belajar  “palapasan” , yaitu teknik menghindar dari serangan lawan.

Setelah seorang murid dinyatakan selesai belajar Kuntau, maka akan diselenggarakan upacara “batamat” bagi si murid yang biasanya dibarengi dengan pengujian oleh para guru dengan cara bertarung di Gelanggang secara spontan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. 

Apabila si-murid mampu menangkis dan atau menghindari serangan, maka si-murid dinyatakan tamat dan acara dilanjutkan dengan upacara selamatan yang dalam tradisi masyarakat Banjar biasa dilengkapi dengan perlengkapan berupa pisau belati dan nasi ketan yang maksudnya agar ilmu yang sudah dipelajari tetap melekat seperti ketan dan ketajaman  “bunga” yang dikuasai bisa memberi manfaat kepada seluruh masyarakat.

Pertubuhan Silat Kuntau Banjar di Malaysia (Grafis : silatkuntaubanjar.blogspot.com/)
Pertubuhan Silat Kuntau Banjar di Malaysia (Grafis : silatkuntaubanjar.blogspot.com/)
Sebaran Kuntau 
Seni bela diri Kuntau dikenal sebagai seni bela diri khas masyarakat melayu yang sampai saat ini masih bisa ditemukan di beberapa daerah di Indonesia. Aktifitas dengan  populasi yang relatif besar masih bisa ditemui di Jambi, Bengkulu, Riau, Sumatera Selatan dan hampir semua wilayah Pulau Kalimantan terutama Kalimantan bagian Selatan seperti Kalimantan Selatan, Tengah dan Timur serta wilayah Sabah dan Sarawak yang masuk wilayah Malaysia.

Sayang dalam perjalananannya di beberapa wilayah Indonesia, seni bela diri Kuntau warisan dari para tetuha bahari ini mengalami seleksi alam yang beberapa diantaranya berakhir dengan kondisi hidup segan mati tak mau, sedangkan kondisi paling mengenaskan sebagian besar terjadi di kota-kota besar yang secara faktual memang memberikan banyak pilihan seni bela diri.

Brosur Semina Kuntauw di Hannover (Grafis/Foto : FB PPSKBI)
Brosur Semina Kuntauw di Hannover (Grafis/Foto : FB PPSKBI)
Tapi jangan kuatir, di Kota Banjarmasin sendiri meskipun sangat jarang dan nyaris tidak terdengar dan tidak terlihat aktifitasnya, ternyata masih ada lho perguruan Silat Kuntau yang masih eksis untuk bertahan. Salah satunya adalah Perguruan Kuntau Taruna Satria dan Pukulan Patikaman Silat Kuntau Borneo Indonesia

Khusus untuk perguruan Pukulan Patikaman Silat Kuntau Borneo Indonesia yang didirikan oleh Demank Ahmad, pegiat sosialisasi seni bela dri Kuntau yang satu ini tidak hanya melakukan sosialisasi Kuntau di dalam negeri saja, tapi juga melakukan roadshow  seminar sampai ke eropa, seperti ke Hannover Jerman pada awal tahun kemarin. 

Pukulan Patikaman Silat Kuntau Borneo Indonesia (Grafis : FB PP SKBI)
Pukulan Patikaman Silat Kuntau Borneo Indonesia (Grafis : FB PP SKBI)
Di Banua, atmosfer Kuntau lebih baik bisa kita temui di daerah yang posisinya agak ke pedalaman. Di daerah Hilir Sungai Barito yang banyak dihuni oleh suku Dayak Bakumpai seperti Kota Marabahan yang masuk wilayah Kabupaten Barito Kuala, terdapat sebuah perguruan seni bela diri Kuntau yang sekarang mulai digandrungi oleh pemuda-pemudi setempat, yaitu  perguruan Sasangga Banua.

Di perguruan Sasangga Banua yang mempelajari dua jenis silat kuntau yaitu Kuntau Bangkui dan Kuntau Jagau ini, dikawal langsung oleh pendekar-pendekar kawakan silat Kuntau di Marabahan, antara lain H Muhammad (79 tahun), Artum Ali (87 tahun), Ardiansyah (70 tahun) dan Amang Kuni (60 tahun). Meskipun usia para pendekar ini tidak muda lagi, tapi jangan salah! Stamina mereka tetap masih bugar lho…!

Selain itu di daerah pahuluan  atau Hulu sungai yang dikenal sebagai daerah yang dihuni oleh masyarakat Banjar Asli ini, seni bela diri Kuntau masih bisa bertahan, bahkan bisa berkembang walaupun belum bisa dikateghorikan pesat.  Di Amuntai Hulu Sungai Utara berdiri perguruan Silat Kuntau Harimau hitam yang terkenal.

Di dua daerah ini seni bela diri Kuntau masih sering ditampilkan pada berbagai event budaya, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah maupun berbagai acara hajatan warga, seperti pesta pengantin, sunatan dan lainnya. 

Biasanya dalam penampilannya seni bela diri Kuntau bisa dibedakan dalam dua bentuk yang berbeda, yaitu sebagai seni bela diri pertahanan dalam arti sebenarnya, yaitu untuk bertarung dan satu lagi sebatas pertunjukan seni estetika berupa gerakan-gerakan dalam membela diri saja.

Pertubuhan Seni Silat Kuntau Banjar (Grafis : http://silatkuntaubanjar.blogspot.com)
Pertubuhan Seni Silat Kuntau Banjar (Grafis : http://silatkuntaubanjar.blogspot.com)
Meskipun pertumbuhan seni bela diri Kuntau di banua Kalimantan Selatan secara umum relatif stagnan, seni bela diri Silat Kuntau Banjar ini justeru tetap eksis dan berkembang di Malaysia, khususnya di wilayah Selangor dengan nama Pertubuhan Seni Silat Kuntau Banjar

Hebatnya lagi perguruan silat Kuntau Banjar ini sudah berbadan hukum dengan  Berdaftar di bawah Jabatan Pendaftaran Pertubuhan Malaysia W/P. No.Pendaftaran 529. 

Pegiat perguruan seni bela diri Silat Kuntau Banjar ini rata-rata merupakan keturunan perantau Banjar yang menyeberang ke Malaysia selama berkecamuk perang melawan penjajah Belanda.

Kenapa Kuntau Sulit Berkembang?
Sebagai seni bela diri yang bersifat eklektik, semestinya seni bela diri Kuntau relatif lebih mudah untuk berkembang di Kalimantan Selatan atau ke seluruh Indonesia sekalipun. Tapi kenapa kenyataanya kok justeru sebaliknya?

Merangkum dari berbagai sumber, termasuk hipotesa  diawal tulisan ini, berikut beberapa alasan yang menyebabkan Kuntau kesulitan berkembang tidak hanya di Banua Kalimantan Selatan saja tapi juga hampir di seluruh Indonesia.

  1.  Sifat  eklektika dari Kuntau tidak diikuti dengan inklusifitas baik secara organisasi maupun person. Sebagian besar perguruan Kuntau bersifat eksklusif alias sulit untuk berbaur atau setidaknya berkomunikasi secara intensif antar perguruan. Eksklusifitas dan keengganan berkomunikasi merupakan barrier to entry terbesar bagi Kuntau untuk menyapa dunia luar apalagi di zaman milenial seperti sekarang yang menjadikan inklusifitas dan komunikasi sebagai modal terpenting untuk tetap eksis di dunia.
  2. Tidak adanya proses komunikasi dengan dunia luar, menyebakan informasi tentang Kuntau sangat minim bahkan bisa dikatakan tidak ada! Masyarakat akan kesulitan ketika akan bertanya tentang Kuntau bertanya pada siapa, kalau mau belajar belajar sama siapa, kalaupun mau berguru berguru sama siapa?
  3. Tidak adanya organisasi yang secara serius dan bertanggung jawab menaungi keberadaan seni bela diri Kuntau, baik sebagai seni bela diri maupun sebagai organisasi atau perguruan. Sehingga untuk bertahan hidup Kuntau harus berjuang sendiri-sendiri. Tentu, jika berjuang sendiri-sendiri sangat tidak efektif dan tidak efisien untuk melestarikan aset  budaya seperti  Kuntau.

Kabar baik! Pada tahun 2017, Kemendikbud telah mengajukan usulan ke Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) agar seni bela diri Kuntau diakui sebagai warisan budaya tak benda dunia dari Indonesia. Semoga ini bisa membantu melestarikan Kuntau di masa depan !


Salam Budaya
Dari Banjarmasin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun