Lantas bagaimana dengan Timnas Sepak Bola Belgia!? Kalau melihat wajah-wajah yang mengisi squad Belgia di Piala Dunia 2018 yang "warna-warni" alias multi ras sepertinya tidak jauh berbeda dengan induknya! Atau jangan-jangan jauh lebih warna-warni lagi, komunitas imajinernya!? Waduuuh...!
Seperti kita ketahui, sebenarnya negara Belgia tidak hanya berisi orang Walloons  dan orang Flemish saja, begitu juga di tim nasional Belgia.
Seperti halnya beberapa negara eropa lainnya, sejak lama Belgia dikenal sebagai rumah bagi imigran dari berbagai negara baik eropa sendiri seperti Jerman dan Italia, juga negara Afrika yang sebagian besar merupakan bekas jajahannya seperti, Maroko, Kongo, serta Mali. Para imigran inilah yang pada gilirannya ikut mewarnai tim nasional Belgia bersama-sama dengan orang Walloons dan Flemish.
Saat ini,  di Tim Nasional Belgia yang berhasil meraih posisi ke-3 Piala Dunia setelah mengalahkan Inggris, juga dihuni oleh beberapa orang Walloons seperti  Eden Hazard, Thibaut Courtois, Simon Mignolet dan Thomas Meunier. Sedangkan orang-orang Flemish antara lain Kevin de Bruyne, Jan Vertonghen, dan Dries Mertens.
Selain itu, Tim Nasional Belgia juga diperkuat oleh pemain-pemain hebat keturunan dari para imigran seperti Yannick Carrasco (Portugal), Adnan Januzaj (Albania-Kosovo), Romelu Lukaku, Jordan Lukaku, Youri Tielemans, Michy Batshuayi, Dedryck Boyata dan Vincent Kompany (Kongo), Mousa Dembele (Mali), Axel Witsel (Karibia) serta duo penentu kemenangan Belgia atas Jepang di babak enambelas besar, Marouane Fellaini dan Nacer Chadli (Maroko).
Sayangnya, Tim nasional Belgia yang dibangun dari kombinasi tiga pilar Flemish, Walloons dan imigran ini justeru menjadi dualisme kepentingan, masing-masing pemain dan ataupun tim secara keseluruhan menjadi titik harapan dan tekanan ditempatkan.
Jika mampu berprestasi, baik dalam posisi personal maupun tim maka identitas ke-Belgia-an itu akan menemukan tempat untuk bernaung sekaligus berlindung. Begitu juga sebaliknya, jika tim dalam posisi sulit, maka para pemain akan menjadi sasaran tembak yang empuk.
Contohnya, terjadi pada 2007 ketika seorang politisi Flemish meminta Timnas Belgia dibubarkan dan digantikan dengan Timnas Flanders dan Walloons.
Sedangkan yang terbaru dan relatif masih hangat adalah curhatan Romelu Lukaku kepada media internasional yang mengaku tidak dihargai oleh masyarakat dan media Belgia. Ketika dirinya sukses menjadi salah satu striker level dunia. "Koran-koran menyebut saya sebagai "Romelu Lukaku, Striker Belgia", tapi ketika performanya menurun mereka memanggilku dengan sebutan "Romelu Lukaku, Striker Belgia keturunan Kongo".