Mohon tunggu...
Kadir Ruslan
Kadir Ruslan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS di Badan Pusat Statistik. Mengajar di Politeknik Statistika STIS. Sedang belajar menjadi data story teller

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Signifikansi Pengukuran Pertanian Berkelanjutan dan Sensus Pertanian 2023

10 Oktober 2023   14:41 Diperbarui: 11 Oktober 2023   07:12 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam praktiknya, pengukuran pertanian berkelanjutan sangatlah kompleks karena melibatkan penilaian melalui sejumlah indikator yang harus merepresentasikan dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan dari konsep keberlanjutan secara komprehensif dan memuaskan.

Tantangan utamanya adalah ketersediaan data.

Dukungan Sensus Pertanian 2023

Sensus Pertanian 2023 (ST2023) yang saat ini sedang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan solusi atas kelangkaan data (data gap) dalam pengukuran pertanian berkelanjutan di Indonesia.

ST2023 dirancang untuk menyediakan berbagai indikator sosial, ekonomi, dan lingkungan pertanian untuk pengukuran tingkat keberlanjutan sektor pertanian nasional secara komprehensif melalui pencacahan lengkap seluruh unit usaha pertanian pada tahun 2023 serta Survei Ekonomi Pertanian (SEP) dan Survei Produksi dan Lingkungan Pertanian (SPLP) pada tahun 2024.

SEP dan SPLP merupakan adopsi dari Agricultural Integrated Survey (AGRIS) yang direkomendasikan oleh Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). AGRIS dirancang secara khusus untuk menyedikan indikator pertanian berkelanjutan di sektor pertanian atau farm-based SDG indicators.

Salah satu indikator SDG yang dapat dihasilkan dari pelaksanaan SEP dan SPLP adalah indikator 2.4.1, yakni proporsi lahan pertanian di bawah pertanian produktif dan berkelanjutan. FAO merekomendasikan untuk menghitung indikator ini setiap tiga tahun sekali.

Indikator yang mengukur tingkat keberlanjutan sektor pertanian melalui sebelas indikator yang mewakili dimensi ekonomi, sosial, dan lingkungan ini dapat menjadi alternatif pengukuran pertanian berkelanjutan di Indonesia.

Namun patut diperhatikan bahwa indikator ini dibangun untuk memonitor dan mengevaluasi capain pertanian berkelanjutan dalam konteks global serta untuk melakukan perbandingan antar negara. Dengan kata lain, semua indikator yang digunakan belum tentu relevan untuk konteks Indonesia.

Pada akhirnya, pengukuran pertanian berkelanjutan harus sejalan dengan prioritas isu dan tantangan pertanian berkelanjutan yang dihadapi setiap negara, yang cenderung spesfik, agar kebijakan yang diambil betul-betul tepat dan efektif.

Karena itu, dalam konteks Indonesia, pengukuran pertanian berkelanjutan melalui sejumlah indikator yang mewakili karakteristik pertanian Indonesia (site-specific) tetap dibutuhkan untuk melengkapi indikator SDG 2.4.1.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun