Mohon tunggu...
Kadir Ruslan
Kadir Ruslan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS di Badan Pusat Statistik. Mengajar di Politeknik Statistika STIS. Sedang belajar menjadi data story teller

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Penuaan Petani dan Peran Generasi Milenial

1 Mei 2019   08:57 Diperbarui: 1 Mei 2019   21:36 1332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Persoalan kian runyam. Di Era Revolusi Industri 4.0 ini, akses dan tingkat penguasaan petani kita terhadap teknologi informasi juga relatif rendah. Hasil SUTAS 2018 menunjukkan, persentase petani yang pernah menggunakan internet hanya sebesar 16 persen.

Harapan pada generasi milenial

Kondisi ini tentu merisaukan. Tak bisa dimungkiri, tantangan sektor pertanian ke depan semakin berat. Peningkatan permintaan komoditas pangan akibat pertambahan jumlah penduduk tak bisa dielakkan. Pada saat yang sama, lahan pertanian yang terbatas menjadikan upaya memacu produksi pangan harus bertumpu pada peningkatan produktivitas melalui pemanfaatan teknologi modern. 

Petani kita juga dituntut semakin kompetitif dan menghasilkan produk pertanian yang berkualitas. Mereka tidak hanya harus mampu bersaing di dalam negeri tetapi juga di pasar global. Karena itu, regenerasi petani dan perbaikan kualitas sumber daya manusia di sektor pertanian sangat mendesak untuk diupayakan. Terkait hal ini, harapan ada pada generasi milenial.

Mengapa milenial?

Seperti telah disinggung sebelumnya, salah satu tantangan utama sektor pertanian ke depan adalah peningkatan produktivitas dan kualitas produk pertanian melalui inovasi dan pemanfaatan teknologi mutakhir. Dalam hal ini, generasi milenial dapat diandalkan karena mereka memiliki kapasitas, khususnya tingkat pendidikan, yang lebih baik dari pendahulunya. 

Data BPS memperlihatkan, rata-rata lama sekolah generasi milenial sebesar 10,04 tahun, lebih lama dari generasi X yang hanya sebesar 8,07 tahun. Selain itu, tingkat penguasaan dan adaptasi mereka terhadap inovasi dan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi, juga lebih baik. Karena itu, upaya yang difokuskan untuk meningkatkan minat dan ketertarikan generasi milenial terhadap sektor pertanian sangat krusial dalam mendorong regenerasi petani.

Lalu bagaimana caranya?

Jawabannya jelas, stigma yang selama ini melekat pada sektor pertanian harus dikikis habis. Dalam pada itu, modernisasi sektor pertanian melalui pemanfaatan teknologi informasi dan mekanisasi, yang saat ini tengah dilakukan pemerintah, harus terus ditingkatkan. 

Pada saat yang sama, berbagai persoalan yang menjadi penyebab rendahnya pendapatan usaha tani yang dipaparkan sebelumnya juga harus dibereskan. Hal ini tentu bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Upaya kolaboratif yang melibatkan semua institusi pemerintah yang terkait, lembaga pendidikan, dan pihak swasta atau dunia usaha sangat diperlukan.

Untuk menjaring sebanyak mungkin generasi milenial, sosialisasi yang intensif melalui kampanye yang masif di sekolah-sekolah mesti dilakukan. Generasi milenial harus dicerahkan bahwa sektor pertanian negeri ini terus berbenah dan menjanjikan kesejahteraan. Pendampingan berupa pelatihan managemen dan kewirausahaan di bidang pertanian juga harus diberikan kepada generasi milenial yang tertarik untuk bergelut di sektor pertanian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun