Mohon tunggu...
Wahyu Pratama
Wahyu Pratama Mohon Tunggu... Full Time Blogger - -

- Master in Transnational Law - Centrist (Political tendency) - Logical and Rational Thinking - History and Classic-Middle Ages Architecture Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sains dan Agama: Suatu Pendekatan Waktu

9 Juni 2019   03:31 Diperbarui: 9 Juni 2019   03:48 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
grahafilsafat.wordpress.com

Kedua hal diatas secara jelas menggambarkan dan memberikan penjelasan antara konsep petir dan meteor yang dipahami melalui pengamatan orang zaman dulu (bersamaan pengetahuan yang melatarbelakangi pengambilan kesimpulan atas pengamatan tersebut) dan oleh pengetahuan zaman modern saat ini. Namun hal ini tidak lantas menyimpulkan bahwa pemahaman orang zaman dulu adalah salah dan zaman sekarang adalah benar.

Pemahaman orang zaman dulu tidak akan pernah salah sebab apa yang mereka lihat merupakan hasil pengematan berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki (dan paling mutakhir) pada saat itu. Hal yang sama juga berlaku pada pemahaman orang zaman sekarang dimana apa yang mereka lihat, amati, teliti, dan simpulkan saat ini merupakan benar menurut versi zaman sekarang namun belum tentu untuk di masa depan sebagaimana pengetahuan selalu mengalami proses penyempurnaan.

Yang menjadi permasalahan adalah bahwa terkadang beberapa orang membawa pemahaman terdahulu untuk dipraktekan dan diimplementasikan pada zaman sekarang yang jelas-jelas akan saling bertentangan. Hal ini jelas-jelas disebabkan oleh kesalahan dalam mengaplikasikan konsep waktu untuk penjelasan atau pemahaman yang mana mereka mengacu pada pengamatan dan pengetahuan paling mutakhir yang dikuasai orang-orang pada zaman terdahulu yang tercantum di kitab-kitab agama. 

Secara sederhananya bisa dinyatakan bahwa sains yang terkandung di dalam kitab-kitab agama yang sudah tertulis berabad-abad atau beribu-ribu tahun silam merupakan sains paling terupdate dan paling mutakhir ketika kitab tersebut diturunkan atau diterima mereka yang merupakan pembawa wahyu Tuhan.

Kesimpulan sederhana di atas berlaku juga pada perdebatan mengenai evolusi manusia yang mendapat pertentangan keras dari pihak kreasionis. Kebanyakan atau hampir semua kreasionis mendasarkan pendapatnya pada kitab agama mereka masing-masing yang sudah ditulis ratusan atau ribuan tahun silam.

Tentu apa yang ditulis dalam kitab mengenai eksistensi manusia akan lebih mudah dipahami oleh orang pada zaman ketika wahyu tersebut diturunkan jika dijelaskan menurut pengetahuan paling mutakhir pada zaman tersebut.

Tidak elok rasanya jika Tuhan memberikan penjelasan mendetail (melalui penjelasan dengan teori evolusi yang baru dijelaskan berabad-abad setelahnya) bagaimana manusia bisa ada di dunia tanpa mempertimbangkan pengetahuan manusia pada zaman itu yang serba terbatas dan belum memahami bagaimana evolusi bekerja.

Jika Tuhan melakukan demikian, tentu wahyu yang ia sampaikan belum tentu diterima dan dicerna dengan baik sehingga akan menimbulkan kebingungan atau menjadi sia-sia, sudah susah-susah menurunkan wahyu malah tidak paham (lol).

Dalam kondisi ini, Tuhan memahami hal tersebut makanya Ia menurunkan wahyu nya (salah satunya yang berhubungan dengan eksistensi manusia) dengan bahasa dan pengetahuan yang menyesuaikan dengan zaman ketika wahyu tersebut turun. Hal ini semata-mata untuk memudahkan manusia dalam memahami wahyu yang diturunkan oleh Tuhan.

Semoga tulisan ini membawa kebaikan dan kebajikan bagi setiap orang yang membacanya. Salam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun