Pengantar
Masa kolonial Hindia Belanda  merupakan peristiwa sejarah yang mempengaruhi pemikiran dan aksi para tokoh nasional dalam merebut kemerdekaan. Dari peristiwa tersebut menjadi menarik pengkajiannya ketika mengambil perspektif pelaku sejarah yang terlibat pada masa tersebut. Salah satu tokoh atau pelaku sejarah yang mengarungi masa tersebut adalah Ignatius Joseph Kasimo Hendrowahyono.
Lazimnya nama beliau disingkat I.J. Kasimo. Salah satu tokoh pergerakan nasional yang aktif pada masa kolonial Hindia Belanda. Kiprahnya tercatat jelas dalam keanggotaan Volksraad hingga delegasi Komisi Visman. Sifat perjuangannya yang moderat dan pendekatannya yang humanis merupakan keistimewaan dari karakternya. Sedikit yang mengetahui perjuangannya secara personal. Asosiasi yang mendekati citranya adalah pemeluk agama Katolik tulen dan penampilannya yang seringkali memakai blangkon.
Perjuangan I.J. Kasimo Pada Masa Akhir Kolonial Hindia Belanda
Keaktifan I.J. Kasimo dalam masa pergerakan nasional sudah diawali dengan menjadi anggota Jong Java. Pada waktu itu Kasimo sedang mengenyam pendidikan di Middelbare Landbouwschool Bogor dalam tahun 1918. Setelah lulus 2 tahun, Beliau bekerja sebagai guru di sekolah pertanian rendah Tegalgondo.
 Lalu pada tahun 1922, I.J. Kasimo bersama F.S. Harjadi dan R.M. Jakob Soedjadi membentuk sebuah panitia persiapan untuk mendirikan Partai Katolik. Setahun kemudian berdirilah Pakempalan Politik Katolik Djawi (PPKD).
Ada sesuatu yang menarik dibalik pendirian PPKD tersebut. Bahwasanya sudah ada IKP atau Indische Katholieke Partij. Masyarakat Jawa yang beragama Katolik mempertanyakan alasan terkait para pendiri PPKD tidak menggabungkan diri dengan IKP. Kasimo dan kedua temannya beralasan bahwa IKP sebagai Partai Katoliknya orang Belanda mempunyai aspirasi dan pemikiran yang berlainan.Â
Lagipula pemikiran dan semangat nasionalisme yang dimiliki oleh I.J. Kasimo menolak untuk bergabung ke dalam IKP sebagai alat perjuangannya. Beliau tidak dapat mengabdikan dirinya pada tanah air jika nama Katolik terdiri dari orang-orang yang menindas bangsanya.
Namun, Kasimo dan teman-temannya harus mensiasati dalam memperoleh izin berdirinya PPKD dari hirarki Gereja. Maka dibiarkannya PPKD berafiliasi sementara dengan IKP. Untuk tetap menyuarakan pemikirannya, dibuatlah majalah bernama Suara Katolik pada tahun 1924.Â
Mulanya diterbitkan secara bulanan, akan tetapi dengan cepat berkembang menjadi mingguan. Dalam rapat tahunan 1924, I.J. Kasimo dipilih sebagai ketua PPKD.Â