Mohon tunggu...
Soultan Kabasaran
Soultan Kabasaran Mohon Tunggu... Auditor - Gelar adat

Andai dunia terlalu sempit, hati terlalu luas ntuk ditempati sendiri , banyak ruang yang DIA anugerahkan didalam sana tentu sangat cukup untuk berbagi. Hidup hanya sekali, Mari buat berarti.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

( FISUM ) Cara Bergengsi Untuk Mati ...

18 Juli 2012   05:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:50 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba- tiba.

Ya. Tiba-tiba mereka saling tatap dan serentak dari mulut mereka keluar kata-kata … LOMBA ! Ayo mari kita berlomba. Lomba yang biasa kita lakukan sewaktu kecil dulu, menahan nafas dalam kolam dan siapa yang kalah alias yang duluan nongol maka ia harus mentraktir yang mampu bertahan lebih lama.

Kesepakatan diambil, para karyawan restoran mereka kukuhkan sebagai saksinya dan sebuah baskom besar penuh air diletakkan di atas meja makan dan selanjutnya dalam hitungan ketiga masing-masing membenamkan kepalanya ke dalam air.

Waktu bergulir, jarum jam bergeser ..lima menit, sepuluh menit, dua puluh menit berlalu sudah namun tidak ada tanda-tanda siapa yang akan kalah.

Para penonton berdecak kagum dan pada menit keenam puluh kekaguman para karyawan berubah menjadi ketakutan. Wajah-wajah mulai resah dan dipuncak keresahan lalu para karyawan mengangkat kepala Ferdi dan Ferdian dari air. Tubuh mereka lunglai dan ternyata mereka sudah tak bernafas lagi. Agaknya mati lemas kekurangan oxygen.

Kepanikan merasuki wajah-wajah karyawan restoran. Dua tamu mereka meninggal, mereka berteriak-teriak minta tolong. Orang-orang berkerumun mengelilingi kedua mayat malang itu. Sebagian mulai menggeledah mereka untuk mencari identitas, kantong-kantong diperiksa dan dompet dikeluarkan.

Tahukah anda bahwa ternyata tidak sepersenpun uang yang berhasil ditemukan dari kantong dan dompet mereka. Tampaknya masing-masing tak mau mangalah karena takut membayar sehingga mereka bertahan sampai mati dalam genangan air dibaskom. Bukankah itu cara mati bergengsi ?.

Cerita atau jokes di atas hanya rekaan belaka namun tidak sedikit cara-cara seperti ini dalam bentuk dan ekspresi lain banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari dan alangkah letih , capek dan meruginya hidup jika segala sesuatu yang dilakukan dianggap sebagai bagian dari perlombaan.

NB :

-Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Cinta Fiksi

-Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun