Mohon tunggu...
Soultan Kabasaran
Soultan Kabasaran Mohon Tunggu... Auditor - Gelar adat

Andai dunia terlalu sempit, hati terlalu luas ntuk ditempati sendiri , banyak ruang yang DIA anugerahkan didalam sana tentu sangat cukup untuk berbagi. Hidup hanya sekali, Mari buat berarti.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

( FISUM ) Cara Bergengsi Untuk Mati ...

18 Juli 2012   05:44 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:50 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kabasaran ( 02 )

Tiada hari tanpa persaingan, tiada hari tanpa saling meremehkan, tiada hari tanpa pertengkaran, tiada hari tanpa saling menunjukkan keunggulan masing-masing. Begitulah bentuk relasi perkawanan antara Ferdi dan Ferdian yang menjadi tokoh kita dalam cerita ini.

Jauh saling merindukan, dekat saling mengalahkan. Kelihatannya seperti itulah kata-kata yang tepat untuk menggambarkan betapa uniquenya hubungan keduanya. Orang-orang disekitar mereka sudah hafal betul tentang anehnya relasi perkawanan mereka, apa saja yang dilakukan oleh salah satu dari mereka maka reaksi spontan dari pihak lainnya pastilah berusaha untuk mengunggulinya. Tidak jarang hasrat saling mengungguli ini dipergunakan mereka untuk saling mengerjai dan mempermalukan.

Ada suatu kejadian lucu dan memalukan yang menimpa Ferdian sewaktu di SMA dan beginilah kisahnya :

Adalah Sutini anak kelas tiga salah seorang siswi di SMA tersebut. Cewek yang satu ini badannya tinggi besar, tubuhnya sangat gemuk dan mukanya berjerawat. Sutini adalah seorang jago bela diri sehingga ia sangat ditakuti oleh semua siswa-siswi dan cewek ini juga dikenal sangat kasar dan suka berantem .

Suatu saat Ferdi berusaha mendekati Sutini. Hampir setiap hari dia selalu menunjukkan kedekatannya dengan menampakkan diri bermain bersama Sutini dan melalui teman-teman dekatnya Ferdi menebar pesan kepada Ferdian bahwa dia sedang berikhtiar untuk menembak Sutini. Pesan segera ditangkap Ferdian dan yang terjadi selanjutnya adalah karena takut kalah dengan Ferdi, tanpa berfikir panjang Ferdian pun segera menyatakan cintanya pada Sutini. Pucuk dicinta ulam tiba, tentu saja amatlah rugi bagi Sutini menolak cintanya Ferdian. Maka berpacaranlah Ferdian dengan Sutini. Maka tersenyumlah Ferdi melihat Ferdian masuk perangkapnya. Maka perlu beberapa waktu yang amat berat dan memalukan bagi Ferdian untuk melepaskan diri dari cengkeraman Sutini .

Setamat SMA, kedua sahabat ini berpisah meniti hidup masing-masing. Waktu berlalu, musim berganti hingga sepuluh tahun kemudian ternyata nasib mempertemukan mereka kembali di Jakarta.

Maka bertemulah dua sahabat seteru tersebut , maka berbinar-binarlah mata mereka, maka melompat-lompatlah hati mereka. Ceritanya masih tetap sama, masing-masing selalu ingin mengungguli. Intinya pesan yang mereka sampaikan adalah bahwa aku selalu berada diatasmu.

Singkat kata, mereka bersepakat untuk melanjutkan pembicaraan di sebuah restoran dan rasa perseteruan diantara mereka telah mendamparkan keduanya di sebuah restoran mewah di bilangan Jakarta selatan.

Empat jam lebih Ferdi dan Ferdian bicara ngalor ngidul menceritakan kehebatan masing-masing di itu restoran. Jam tutup restoran sudah terlewati. Kasir dan segenap karyawan mulai resah dan ujung dari keresahan tersebut adalah sebuah bill diserahkan kepada mereka sebagai pertanda restoran segera ditutup. Ferdi dan Ferdian saling pandang dan sesaat maka berebutlah mereka untuk saling mendahului membayar.

Masing-masing tidak ada yang mau mengalah, terjadi pertengkaran diantara mereka, para karyawan restoran berusaha menengahi namun tidak berhasil.

Tiba- tiba.

Ya. Tiba-tiba mereka saling tatap dan serentak dari mulut mereka keluar kata-kata … LOMBA ! Ayo mari kita berlomba. Lomba yang biasa kita lakukan sewaktu kecil dulu, menahan nafas dalam kolam dan siapa yang kalah alias yang duluan nongol maka ia harus mentraktir yang mampu bertahan lebih lama.

Kesepakatan diambil, para karyawan restoran mereka kukuhkan sebagai saksinya dan sebuah baskom besar penuh air diletakkan di atas meja makan dan selanjutnya dalam hitungan ketiga masing-masing membenamkan kepalanya ke dalam air.

Waktu bergulir, jarum jam bergeser ..lima menit, sepuluh menit, dua puluh menit berlalu sudah namun tidak ada tanda-tanda siapa yang akan kalah.

Para penonton berdecak kagum dan pada menit keenam puluh kekaguman para karyawan berubah menjadi ketakutan. Wajah-wajah mulai resah dan dipuncak keresahan lalu para karyawan mengangkat kepala Ferdi dan Ferdian dari air. Tubuh mereka lunglai dan ternyata mereka sudah tak bernafas lagi. Agaknya mati lemas kekurangan oxygen.

Kepanikan merasuki wajah-wajah karyawan restoran. Dua tamu mereka meninggal, mereka berteriak-teriak minta tolong. Orang-orang berkerumun mengelilingi kedua mayat malang itu. Sebagian mulai menggeledah mereka untuk mencari identitas, kantong-kantong diperiksa dan dompet dikeluarkan.

Tahukah anda bahwa ternyata tidak sepersenpun uang yang berhasil ditemukan dari kantong dan dompet mereka. Tampaknya masing-masing tak mau mangalah karena takut membayar sehingga mereka bertahan sampai mati dalam genangan air dibaskom. Bukankah itu cara mati bergengsi ?.

Cerita atau jokes di atas hanya rekaan belaka namun tidak sedikit cara-cara seperti ini dalam bentuk dan ekspresi lain banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari dan alangkah letih , capek dan meruginya hidup jika segala sesuatu yang dilakukan dianggap sebagai bagian dari perlombaan.

NB :

-Untuk membaca karya peserta lain silahkan menuju akun Cinta Fiksi

-Silahkan bergabung di group FB Fiksiana Community

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun