Kedua belas, menulis karya bergenre Sastra Hijau.
Sebagai seorang penulis yang berkarya di bidang karya fiksi, aku memiliki peluang besar dalam mengembangkan imajinasi masyarakat. Aksi dalam mengembangkan imajinasi ekologis bisa aku tempuh dengan cara menghasilkan karya bergenre ‘sastra hijau’.
Di antara berjejer karyaku dalam genre ‘sastra hijau’, Nyanyian Meranti Merah menjadi karya yang paling banyak digunakan sebagai bahan edukasi untuk menumbuhkan imajinasi ekologis. Melalui Nyanyian Meranti Merah, aku menuangkan dampak negatif deforestasi hutan Kalimantan, upaya reboisasi yang dipelopori perempuan-perempuan Dayak, dan kearifan lokal Dayak dalam mewujudkan masa depan lingkungan suistainable.
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa imajinasi ekologis merupakan kunci emas untuk mewujudkan masa depan lingkungan suistainable. Ayat-ayat dalam kitab suci dan kearifan lokal (sistem kepercayaan tradisional) memiliki potensi besar dalam membangkitkan imajinasi ekologis. Imajinasi itu penting sebagai basis aksi untuk mewujudkan masa depan lingkungan suistainable.
Aksi nyata untuk mewujudkan masa depan lingkungan suistainable perlu dimulai dari aksi diri sendiri; melalui pola perilaku yang ramah lingkungan, hemat energi, dan mengurangi kontribusi dalam aktifitas penggunaan energi yang menghasilkan emisi karbon. Untuk meningkatkan kualitas aksi ini, kita perlu menjalin sinergi dengan komunitas dan mengembangkan imajinasi ekologis dengan keahlian kita masing-masing.
Melalui langkah-langkah tersebut aksi untuk mewujudkan masa depan lingkungan suistainable bisa bertransformasi dari tindakan pribadi menjadi gerakan sosial yang bersifat masif dan menyebar secara merata di seluruh pelosok bumi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H