Ketujuh, menghijaukan lingkungan dengan berkebun berkebun.
Aksi tersebut membantuku untuk mendapatkan bahan pangan secara mandiri, memperpendek rantai konsumsi, menetralisir kandungan emisi karbon dalam udara, dan meningkatkan kualitas udara.
Kedelapan, tidak membakar sampah.
Aku mengupayakan sampah organik menjadi kompos. Selain itu, aku berupaya mendaur ulang sampah anorganik untuk produk yang bermanfaat. Aksi ini mencegahku untuk berkontribusi dalam aktifitas penggunaan energi penghasil emisi karbon.
Kesembilan, bekerja secara daring.
Sejauh ini, aku menjalani profesi sebagai penulis lepas. Berprofesi sebagai penulis lepas membuka kesempatan bagiku untuk menggunakan internet untuk mengirimkan hasil pekerjaan. Aku tidak perlu menggunakan kendaraan bermotor ke kantor. Meskipun demikian, aku tetap berupaya untuk tetap bijak menggunakan daya listrik ketika menggunakan gawai eletronik dalam pekerjaan.
Kesepuluh, menyederhanakan rantai konsumsi pangan.
Aku mengupayakan agar bahan pangan bisa dikonsumsi sedapat mungkin tanpa proses memasak dengan bahan bakar fosil. Misalnya, aku memilih konsumsi ‘pisang matang alami’ daripada berbagai olahan pisang yang memerlukan proses memasak dengan mengeluarkan emisi karbon dari penggunaan energi.
Kesebelas, bersinergi dengan komunitas.
Aku sadar bahwa aksi untuk mewujudkan masa depan lingkungan suistainable tidak akan tercapai bila aku bergerak sendiri. Untuk itulah, aku bergabung dengan berbagai komunitas terutama yang bersifat daring. Di antara komunitas-komunitas dengan visi mewujudkan masa depan lingkungan suistainable yang aku ikuti, terdapat Komunitas Saling Silang dan Aliansi Zero Waste Indonesia. Menjalin sinergi dengan komunitas-komunitas tersebut memupuk keyakinanku bahwa diriku tidak sendirian dalam mewujudkan masa depan lingkungan suistainable.