Mohon tunggu...
Sulfiza Ariska
Sulfiza Ariska Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan pecinta literasi

Blog ini merupakan kelanjutan dari blog pada akun kompasiana dengan link: https://www.kompasiana.com/sulfizasangjuara 🙏❤️

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Akar Tionghoa di Rumah Gadang

1 April 2023   23:14 Diperbarui: 1 April 2023   23:34 2449
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Adat Minangkabau. Sumber: sumbar.inews.id

Sistem mata pencaharian

Sebagaimana etnis Minang umumnya, mayoritas etnis Tionghoa Kampung Pondok menjadikan perdagangan sebagai mata pencaharian utama. Pedagang etnis Tinghoa Kampung Pondok dikenal sebagai pedagang yang ulet, tekun bekerja, hemat, dan suka bekerja keras. Karakter tersebut sesungguhnya sudah ada dalam diri seluruh pedagang, termasuk pedagang dari kalangan Orang Minang.

Keunggulan pedagang Tionghoa terletak pada keahlian dalam membangun jaringan kerja global. Sementara pedagang Minang cenderung ke arah ritel atau kaki lima, pedagang Tionghoa sudah mampu menggerakkan arus ekspor-impor. Implikasinya, penghasilan pedagang Tionghoa jauh lebih besar daripada pedagang Minang konvensional.

Keahlian etnis Tionghoa dalam ekspor-impor sudah mencuat jauh sebelum pendudukan pemerintah kolonial dengan kebijakan segregasi ras yang menghancuran hubungan persaudaraan antara Minang dan Tionghoa. Tidak heran bila terdapat motif ukiran akar Tionghoa di Rumah Gadang. Di mana leluhur Orang Minang menganjurkan generasi muda Minang untuk belajar pada keahlian yang dimiliki etnis Tionghoa perantau.      

Kendati demikian, keahlian berdagang dalam ekspor-impor cenderung bersifat turunan dan tidak dimiliki mayoritas etnis Tionghoa. Orangtua Tionghoa yang memiliki keahlian berdagang di sektor ekspor-impor cenderung mewariskan keahliannya pada keturunannya. Di sisi lain, Orangtua Tionghoa dari kalangan pedagang biasa cenderung harus memulai usaha dari titik nol sebagaimana yang lazim kita saksikan di Pasar Kongsi. 


Sistem organisasi sosial

Sebagaimana yang tercermin dalam kesenian Tionghoa Kampung Pondok, kerja sama merupakan spirit tunggal yang mengikat etnis Tionghoa. Hal ini ditegaskan Riniwaty Makmur melalui buku Orang Padang Tionghoa (PT. Kompas Media Nusantara, 2018) dalam tarian barongsai terkandung filosofi etnis Tionghoa, yaitu hidup jangan sendiri-sendiri, tetapi hendaklah bersama-sama.

Himpunan Bersatu Teguh (HBT) dan Himpunan Tjinta Teman (HTT) merupakan dua organisasi besar yang menjadi induk dari sistem organisasi sosial etnis Tionghoa Kampung Pondok. Organisasi besar tersebut dikenal juga dengan sebutan kongsi besar. Tidak hanya membantu penyelenggaraan pemakaman, tetapi kedua organisasi tersebut juga aktif mendamping, membantu, dan menuntun etnis Tionghoa dalam mengatasi berbagai masa krisis.

HBT dan HTT merupakan berkah bagi etnis Tionghoa di Indonesia khususnya Sumatera Barat. HBT dan HTT mewarisi visi kongsi besar kejayaan etnis Tionghoa masa lampau. Di mana HBT dan HTT benar-benar berjuang untuk mengakomodasi, memartabatkan, memanusiakan, dan mengupayakan kehidupan yang layak bagi etnis Tionghoa.

Berkat HBT dan HTT, nyaris tidak kita temukan geladangan dari etnis Tionghoa di Sumatera Barat khususnya di kawasan Kota Padang. Bagi etnis Tionghoa yang termasuk dalam kategori miskin, kedua kongsi memberikan bantuan sembako. Bahkan, para pemimpin HBT dan HTT yang dikenal dengan panggilan akrab tuako dari zaman ke zaman rela berkorban untuk mengupayakan kehidupan yang layak bagi etnis Tionghoa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun