Mohon tunggu...
Eka Fitriani
Eka Fitriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiswa Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Syarat Kerja Berpenampilan Menarik: Diskriminasi Berkedok Estetika?

13 Juni 2024   01:20 Diperbarui: 13 Juni 2024   01:26 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dengan upaya bersama dari berbagai pihak, diharapkan dunia kerja di Indonesia dapat menjadi ruang yang lebih adil dan terbuka bagi semua orang, terlepas dari penampilan fisik mereka. Langkah-langkah konkret ini akan membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif dan memberikan kesempatan yang sama bagi semua individu untuk berkembang dan berkontribusi.

Sebagai penulis, saya yakin bahwa langkah-langkah untuk menghapus syarat "berpenampilan menarik" dari lowongan kerja adalah langkah yang sangat penting dalam membangun dunia kerja yang lebih adil dan inklusif. Diskriminasi berdasarkan penampilan fisik tidak hanya tidak adil, tetapi juga bertentangan dengan prinsip-prinsip keberagaman dan kesetaraan yang seharusnya menjadi pondasi masyarakat yang maju.

Saya percaya bahwa pemerintah memiliki peran yang sangat penting dalam mengeluarkan peraturan yang melarang praktik diskriminatif ini. Langkah ini akan memberikan dasar hukum yang kuat dan mengirimkan pesan yang jelas bahwa diskriminasi tidak akan ditoleransi dalam proses rekrutmen.

Selain itu, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menghargai keberagaman dan menghindari diskriminasi juga merupakan langkah yang krusial. Edukasi tentang dampak negatif dari diskriminasi berdasarkan penampilan fisik akan membantu mengubah persepsi masyarakat dan mendorong adopsi praktik yang lebih inklusif di tempat kerja.

Praktik rekrutmen yang adil dan fokus pada kompetensi, kualifikasi, dan pengalaman juga sangat penting. Setiap individu harus memiliki kesempatan yang sama untuk mengakses pekerjaan berdasarkan kualifikasi dan potensi mereka, bukan berdasarkan penampilan fisik mereka.

Terakhir, menciptakan budaya kerja yang inklusif adalah kunci untuk memastikan bahwa setiap orang merasa dihargai dan didukung dalam lingkungan kerja mereka. Ini tidak hanya menciptakan tempat kerja yang lebih positif dan produktif, tetapi juga memperkuat komitmen kita sebagai masyarakat untuk membangun dunia yang lebih adil dan setara bagi semua orang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun