Mohon tunggu...
Juni Wati Sri Rizki
Juni Wati Sri Rizki Mohon Tunggu... Dosen - Ketua Yayasan Muslimah Peduli Alam

Pencinta seni dan pembelajar yang gemar berdiksi sekaligus menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Rutin Konsumsi Bunga Lawang: Miom Hilang, Angin Terbuang, Tidur Pun Tenang

29 Maret 2019   14:02 Diperbarui: 26 April 2021   11:10 6090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi konsumsi herbal untuk berbagai kebutuhan (Sumber lisa hobbs/unsplash)

Ketertarikan saya pada bunga lawang (adas bintang/ bunga pekak/ star anise/ illicium verum) diawali dari hobi memasak. Saya suka memasak makanan berempah seperti: spageti, mie aceh, sop, rendang dan aneka masakan lainnya. Suami dan anak-anak pun sangat menikmatinya. Saya suka bereksperimen dengan berbagai macam rempah, karena memang pada dasarnya saya sangat menggemari makanan berempah. Dan yang sangat saya syukuri bahwa Indonesia kaya rempah.

Suatu hari saya memasak saos spageti. Biasanya saya menggunakan lada, biji pala, cengkeh dan bunga lawang sebagai rempahnya. Entah mengapa kala itu saya tertarik untuk mengetahui rasa bunga lawang kering. Biasanya saya hanya tahu rasanya sesudah tercampur dalam bumbu masakan. Kalau kebetulan termakan dalam kuah sop/ soto pasti terasa pahit. Saya coba cicipi sedikit. Terasa tidak enak di lidah.

Saat itu saya teringat kata pepatah, "manis jangan langsung ditelan, pahit jangan langsung dibuang". Saya lanjutkan memakannya. Saya kulum-kulum, kemudian saya kunyah sedikit demi sedikit sambil berusaya mencari tahu rasa di lidah, ternyata rasanya seperti permen hacks. Manis dan pedas. Bedanya adalah pada bunga lawang ada sedikit rasa asam. Paduan rasa yang sempurna. Saya suka. Nafas saya terasa bau minyak telon. Saya jadi tambah penasaran.

Acara memasak saos spageti saya tunda. Saya ambil handphone dan langsung googling. Setidaknya ada sekitar 13 khasiat bunga lawang yang saya temukan dari berbagai sumber informasi, baik dari tulisan dalam blog pribadi, maupun dari jurnal ilmiah, yaitu:

  • Meredakan flu dan batuk, serta melegakan pernafasan.
  • Mencegah bau mulut.
  • Mengatasi masalah pencernaan/ melancarkan pencernaan.
  • Meredakan kembung dan masuk angin
  • Menghilangkan nyeri, termasuk nyeri haid
  • Anti Oksidan/ Menjaga kesehatan kulit/ Memperlambat penuaan
  • Mengurangi gejala rematik dan sakit punggung
  • Meningkatkan kualitas tidur/ mengatasi insomnia/ membuat tidur nyenyak.
  • Meningkatkan kesehatan jantung.
  • Meningkatkan stamina, termasuk meningkatkan libido
  • Mempercepat proses penyembuhan luka
  • Anti jamur.
  • Mengatasi sel kanker

Mengetahui deretan manfaat yang sangat luar biasa tersebut, saya langsung bergumam dalam hati, "pantas saja para penjajah datang ke Indonesia, apalagi Belanda, sampai bertahan sekitar 350 tahun. Indonesia begitu kaya dengan rempah berkhasiat bernilai tinggi". Sebagai akademisi, tentu saya tidak berhenti pada manfaatnya saja. Saya cari tahu kandungannya dan juga efek sampingnya.

Berdasarkan penelusuran online, saya ketahui bahwa dalam bunga lawang terdapat kandungan minyak atsiri (anetol sebanyak 85-90%), tanin dan flavonoida yang mana zat ini dapat bersifat antibakteri. Ekstrak buahnya dapat digunakan sebagai antimikroba, antioksidan, insektisida, sedativ dan konvulsi. Adapun minyak atsirinya sebagai antirematik, antiseptik, mengobati demam, kudis, mengobati sembelit dan insomnia. (Sumber)

Sumber lainnya menyebutkan bahwa bunga lawang berfungsi sebagai antifungal (anti jamur), antimikrobia, antioksidan, dan juga berpotensi sebagai anticancer. Selain itu juga efektif mencegah dermatitis. Khasiat ini disebabkan bunga lawang mengandung poliphenols, flavonols (quercetin dan kaempferol), antosianin, tanins dan asam fenolik seperti shikimac dan asam galat. (Sumber)

Setelah menemukan khasiat dan kandungannya, saya coba mencari tahu efek sampingnya. Namun tak satupun artikel yang saya temukan. Dari berbagai sumber saya temukan informasi bahwa cara paling umum mengkonsumsi bunga lawang adalah dengan merebusnya.

Dalam rebusan dapat dicampurkan berbagi rempah lainnya, seperti cengkeh dan kayu manis. Namun, saya lebih memilih mengkonsumsina dalam keadaan kering. Selain praktis, sensasi rasanya juga lebih ternikmati.

Saat pertama kali saya konsumsi terasa ada perubahan pada saat tidur dan bangun pagi. Tidur saya benar-benar pulas dan puas. Kalau sedang banyak kegiatan di kampus, biasanya saya tidur lebih awal di malam hari.

Saya biasa tidur sekitar pukul 20, lalu biasanya terbangun di tengah malam untuk sekedar buang air kecil maupun shalat Tahajjud. Nah, ketika saya konsumsi sekitar 1 buah bunga lawang, saya tidur sekitar pukul 20, lalu terbangun sekitar pukul 23 dalam keadaan segar bugar dan tidak mengantuk sama sekali, sehingga saya dapat melakukan aktivitas menulis di malam hari. 

Keesokan harinya, (mohon maaf), saya merasakan desakan untuk BAB dan buang angin yang sangat kuat. Volume BAK saya juga lebih banyak. Namun setelah semuanya lepas, perut terasa sangat lega. Badan terasa ringan.

Pengalaman lainnya, sekitar beberapa minggu setelah saya mencicipi bunga lawang, saya berangkat keluar kota bersama keluarga. Saya bawa bunga lawang untuk sekadar antisipasi masuk angin dan mual. Dalam perjalanan di malam hari, saya makan beberapa kepingan kelopaknya.

Keesokan harinya setelah tiba di tempat tujuan, saya tidak terlalu merasakan kelelahan. Biasanya, kalau keluar kota seperti ini, esok harinya saya pasti tidur seharian dan harus dipijat. Namun kali ini tidak.

Sejak saat itu, saya jadi rutin mengkonsumsi bunga lawang. Awalnya saya beli yang eceran, biasa dijual 1000 rupiah perbungkus di tukang bumbu. Selanjutnya saya beli per ons atau kg. Lama kelamaan saya beli perkilo. Selain lebih murah, juga lebih higienis, karena kemasan aslinya masih utuh.

Hingga saat ini saya sudah rutin mengkonsumsi bunga lawang selama lebih kurang 8 bulan, terhitung sejak akhir Juli 2018. Adapun manfaat yang saya rasakan antara lain: Pertama, saya jadi jarang masuk angin (sebaliknya, volume buang angin dan sendawa bertambah) sehingga badan terasa segar dan ringan.

Kedua, keluhan asam lambung saya hilang. Biasanya kalau terlambat makan perut saya akan terasa perih. Namun sekarang tidak. Bahkan saya jadi lebih rutin berpuasa Senin-Kamis.

Ketiga, BAB dan BAK saya lebih lancar, sehingga tumpukan sampah di perut terbuang. Bagi saya ini cara efektif menurunkan berat badan. Sekarang berat badan saya sudah cenderung stabil antara 52-53 kg, padahal sebelumnya sempat mencapai 62 kg.

Saya tidak lagi berpantang makanan dan jam makan. Kalau saya menulis, biasanya saya harus ngemil. Jadi ketika saya menulis di malam hari pun saya tetap ngemil. Meskipun demikian, ini tidak membuat bobot tubuh saya bertambah.

Keempat, Benjolan Miom (tumor rahim) saya hilang. Sebelumnya, pada akhir 2017 saya terdeteksi mengidap miom dengan ukuran cukup besar dan sudah direkomendasikan dokter untuk operasi. Saat itu, saya mengalami pendarahan dan rasa sakit yang luar biasa. 5 bulan belakangan saya memang sering merasakan nyeri haid yang sangat menggangu.

Sayangnya, operasi tidak bisa dilakukan di kota kecil kami pada waktu itu, karena peralatan RSUD kurang memadai. Saya dirujuk ke salah satu rumah sakit di Kota Medan. Dengan berbagai pertimbangan saya putuskan untuk operasi di luar negeri, Penang-Malaysia, sebab sebelumnya saya sudah punya pengalaman berobat di sana. Saya merasa nyaman. Namun karena pada saat itu sedang libur Natal dan Tahun baru para dokter yang diharapkan bisa menangani saya sedang libur juga.

Sembari menunggu, adik ipar saya menyarankan untuk mengkonsumsi herbal. Mujarab. Gumpalan-gumpalan darah yang menumpuk dirahim saya mulai luruh.

Saya tidak jadi operasi. Banyak darah keluar dari rahim. Untuk pemulihan saya tetap rutin mengkonsumsi herbal dan juga berbekam (sejak tahun 2011 saya sebenarnya sudah cenderung rutin berbekam).

Mulai saat itu saya lebih selektif memilih makanan, terutama yang mengandung esterogen, saya hindari. Sampai beberapa bulan kemudian sisa benjolan di rahim saya masih bisa teraba. Namun saya sudah tidak merasakan nyeri haid. Hanya sedikit begah dan rasa kembung.

Sekarang benjolan itu sudah tidak teraba lagi. Saat haid saya tidak lagi merasakan sakit atau keluhan apapun. Siklusnya pun sudah kembali normal.

Kelima, saya tidak mudah kedinginan lagi. Biasanya pada saat mandi maupun saat tidur dimalam hari saya sering menggigil. Padahal kami tidak menggunakan AC. Bahkan kipas angin pun sangat jarang dinyalakan.

Saya juga terbiasa tidur berselimut dan berkaus kaki. Kalau sedang benar-benar menggigil, saya  harus dibalut dengan selimut tebal berlapis-lapis. Sekarang saya sudah tidak lagi mengenakan kaus kaki saat tidur, bahkan selimut pun jarang. Sebaliknya, saya mulai tahan dengan nyala kipas angin. Saya juga jadi terbiasa mandi di pagi buta.

Keenam, Stamina saya menjadi lebih prima. Biasanya saya mudah lelah, terutama jika sudah naik-turun tangga. Namun sekarang sudah tidak masalah lagi buat saya ketika harus bolak-balik melalui tangga hingga ke lantai 3 gedung tempat saya biasa mengajar. Saya pun terbiasa berjalan kaki sejauh ratusan meter melewati jalan mendaki dan menurun dari gerbang kampus hingga ke gedung perkuliahan. Saya juga jadi tidak ketergantungan dipijat.

Sekarang, ke manapun saya pergi, hampir setiap saat saya membawa bunga lawang di tas saya. Banyak teman, sahabat, maupun kerabat saya yang juga ikut tertarik mengkonsumsinya. Anggap sebagai pengganti permen. Dan hingga saat ini pun sesekali saya tetap mencari tahu efek samping mengkonsumsi bunga lawang. Namun, belum ada satu pun saya temukan artikel tentang itu.

Demikian penggalan pengalaman yang selalu saya syukuri. Semoga bermanfaat.

JWS. Rizki Sitompul

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun