Mohon tunggu...
Jovin VerenMarfella
Jovin VerenMarfella Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

42321010081 - Dosen pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak - Desain Komunikasi Visual

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB2: Pencegahan Korupsi, dan Kejahatan Pendekatan Paideia

11 November 2022   03:37 Diperbarui: 12 November 2022   15:53 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama : Jovin Veren Marfella

NIM : 42321010081

Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB

Universitas Mercubuana

WHAT : APA ITU KEJAHATAN DAN KORUPSI?

Kejahatan dan Korupsi

Berbicara mengenai kejahatan atau biasa juga disebut sebagai kriminalitas, ada banyak hal yang bisa diperdebatkan. Mari kita kupas mulai dengan definisi kejahatan. 

Kejahatan atau kriminalitas sering diartikan sebagai pelanggaran aturan hukum dan seseorang dapat dihukum karena pelanggaran tesebut. Kesalahan yang terjadi ketika Anda secara langsung atau tidak langsung melakukan kejahatan yang kelalaiannya berujung mendapatkan  hukuman. 

Tindak pidana, kejahatan manusia, berakar pada perspektif hukum ini. Namun pada kenyataannya, "tidak bertindak" juga bisa menjadi salah satu bentuk kejahatan. Misalnya menelantarkan anak atau tidak melaporkan atau mengabaikan kekerasan terhadap anak di sekitar kita kepada pihak-pihak yang memiliki wewenang.

Jika dilihat dari perspektif moral, suatu perbuatan hanya dapat dianggap pidana atau kriminalitas apabila mempunyai dua unsur. Kedua unsur tersebut adalah:

  • Mens rea : niat untuk berbuat kejahatan
  • Actus reus : perbuatan yang dilakukan tanpa paksaan oleh pihak ketiga.

Contoh: Pada kasus pembunuhan, dapat disebut sebagai kejahatan ketika pelaku bermaksud untuk membunuh orang lain tersebut, dan ide serta eksekusi pembunuhan dilakukan sendiri tanpa paksaan pihak ketiga. 

Akan berbeda jika terdakwa diketahui mengidap penyakit jiwa yang menyebabkan bertindak diluar kesadarannya. Faktor "Mens rea" dianggap tidak lengkap atau tidak dapat didefinisikan dengan jelas ketika perilaku kriminal dilakukan secara tidak sadar. Karena orang dengan penyakit jiwa atau gangguan mental tidak dapat mengendalikan tindakan mereka dan hal tersebut tidak dapat dipertanggung jawabkan (Davies, Hollind, & Bull, 2008).

Teori Kriminalitas (Kejahatan)

Ada banyak jenis dan bentuk kejahatan dan pentingnya juga untuk mengetahui apa yang mendorong orang untuk melakukan kejahatan. Faktanya, sudah sejak lama orang selalu berusaha menjelaskan mengapa beberapa orang menjadi penjahat. Deskripsi pertama adalah Demonologi, yaitu aktivitas kriminal diyakini penyebabnya adalah pengaruh roh jahat. 

Oleh karena itu, cara untuk menyembuhkan gangguan jiwa dan perilaku buruk adalah dengan mengusir roh jahat. Hal ini biasanya dilakukan dengan cara yang tidak biasa, contohnya dengan membuang bagian tubuh yang dianggap buruk (seperti darah atau bagian tubuh lainnya). Namun dalam penjelasan melalui "Psikologi Forensik", dengan mengenal beberapa pendekatan teoritis yang digunakan untuk menjelaskan perilaku kejahatan: Kriminologi awal (Cesare Lombroso), Psikoanalisa (Sigmund Freud), dan Teori Bioekologi-Sosial.

bahan-2-636f5ecf08a8b545d9322ca5.png
bahan-2-636f5ecf08a8b545d9322ca5.png
Bentuk -- Bentuk Kriminalitas

Dalam kriminalitas atau kejahatan terdapat pelaku dan korban. Kita juga perlu mengetaui apa itu korban dan pelaku pada kejahatan. Korban adalah mereka yang hak dan kesejahteraannya terlanggar. Pelaku kejahatan adalah mereka yang melanggar hak dan kesejahteraan seseorang. Namun, biasnya dalam mengidentifikasi pelaku dan korban mungkin tidaklah mudah, apalagi jika pelaku kejahatan tersebut justru juga menjadi korban.

Kejahatan banayak sekali bentuknya. Jika diuraikan secara umum, dapat dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu:

  • Kejahatan individu (pelaku serta korban kejahatan yaitu sama),
  • Kejahatan interpersonal (di mana pelaku menyebabkan kerugian bagi orang lain)
  • Kejahatan sosial masyarakat (dari kejahatan ini menimbulkan banyak kerugian bagi orang banyak pada kehidupan kemasyarakatan)

Jika dilihat dari pelaksanaannya, kejahatan juga dapat dibagi menjadi :

  • Kejahatan yang terorganisir (tersusun) : merupakan kejahatan yang sistematis, terencana secara matang dan berpengalaman.
  • Kejahatan yang tidak terorganisir (tidak tersusun) : merupakan kejahatan yang dilakukan tanpa rencana, biasanya dilakukan oleh orang yang tidak memiliki pengalaman.

Beberapa contoh kriminalitas: pembunuhan, kekerasan seksual, perampokan, pencurian, plagiatrisme, penganiyaan, penipuan, penggunaan obat -- obatan terlarang (narkotika), korupsi, dan banyak lagi lainnya. Pada kali ini kita akan lebih mengupas mengenai kejahatan korupsi.

Korupsi

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, korupsi merupakan salah satu bagian dari kejahatan atau kriminalitas. Jika dilihat dari perspektif hukum, perbuatan korupsi merupakan perbuatan yang memenuhi beberapa faktor seperti memperkaya diri, merugikan ekonomi negara, menyalahgunakan wewenang atau kekuasaan.

Korupsi merupakan suatu istilah dari Bahasa Latin, yaitu "corruptio" yang merupakan kata kerja dari kata "corrumpere", ini dapat diartikan sebagai memutarbalik, busuk, rusak, mencuri. Jika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang negara, tidak hanya negara tetapi termasuk juga perusahaan, dalam suatu organisasi, yayasan dan lainnya untuk mengambil keuntungan pribadi maupun orang lain. Sedangkan berdasarkan aturan hukum yang berlaku di Indonesia, korupsi merupakan perbuatan melawan aturan untuk merperkaya diri sendiri, orang lain ataupun kelompok yg bisa merugikan keuangan & perekonomian negara.

Korupsi dapat disebabkan oleh berbagai hal, banyak faktor yang mempengaruhi seseorang dapat melakukan kejahatan korupsi.

Perlaku koruptif merupakan perilaku menyimpang dalam konteks korupsi yang didorong oleh kepentingan diri sendiri (self interest) dan obsesi. Ketika seseorang bertindak atas dasar kepentingan diri sendiri dan obsesi, ia akan cenderung melanggar hak orang lain, merugikan diri sendiri, merugikan orang lain, dan melanggar aturan yang berlaku. 

Maka dari itu, korupsi seharusnya dipahami bukan hanya tentang pejabat publik, penyalahgunaan wewenang, kerugian uang negara, dan pelanggaran hukum, tetapi juga bagaimana perilaku individu dapat berdampak pada munculnya korupsi. Perilaku koruptif yang menjadi perilaku keseharian akan berpotensi menguatkan munculnya korupsi di masa yang akan datang, dalam banyak hal koruptor adalah orang yang tidak puas akan keadaan dirinya.

Kebiasaan perilaku konsumtif dan sistem politik masyarakat masih berorientasi pada hal-hal materi, frekuensi perjudian akan meningkat, yang dapat mengarah pada korupsi. Korupsi tidak akan pernah terhenti jika tidak adanya perubahan dalam memandang suatu kekayaan. Jika semakin banyak orang yang salah dalam mendefinisikan tentang kekayaan maka akan semakin sering terjadinya korupsi.

Faktor -- faktor penyebab korupsi terbagi menjadi 2, faktor internal dan eksternal. Pertama, faktor internal yang dipengaruhi terutama oleh dimensi moral, yang mengukur kekuatan iman, kejujuran, dan rasa malu yang meningkat. Aspek perilaku seseorang, seperti pola hidup konsumtif dan tidak produktif, oleh karena itu menjadi aspek sosial yang mempengaruhi pembentukan individu dengan menangkap pola-pola sosial baik di dalam keluarga maupun di masyarakat sekitar.

Kedua, faktor eksternal seperti lingkungan manusia, iklim politik, hukum, situasi ekonomi, dan banyak faktor lain yang mendorong orang melakukan praktik korupsi. Penulis membuat setidaknya lima klasifikasi aspek yang menyebabkan seseorang melakukan perilaku korupsi: sosial, politik, hukum, ekonomi dan organisasi.

  • Faktor Internal (datang dari diri sendiri)
  • - Aspek Perilaku/sifat seseorang : Sifat rakus, kurangnya moral dan iman, gaya hidup konsumtif
  • - Aspek Sosial : seperti dukungan atau dorongan dari keluarga atau lingkungannya
  • Faktor Eksternal (pengaruh dari orang atau aspek lain)
  • - Aspek perilaku masyarakat : pada saat nilai dalam masyarakat menjadi kondusif
  • - Aspek ekonomi : mirip dengan sifat konsumtif tapi lebih mengarah kepada pendapatan yang kurang untuk biaya hidup akan menjadi pendorong utama melakukan korupsi.
  • - Aspek politik : karena kepentingan politik dan menyangkut dengan mempertahankan kekuasaan
  • - Aspek organisasi : kurangnya sifat kepemimpinan, sistem organisasi yang tidak benar, kurangnya sistem manajemen dan kurangnya pengawasan.

Pada kali ini kita akan mengenal konsep pemikiran Plato mengenai kepemimpinan yang baik agar dapat terhindar dari kejahatan dan korupsi melalui teori Paideia.

WHY : MENGAPA MEMPELAJARI TEORI PAIDEIA?

Sebagai seorang pemimpin haruslah mengerti mengenai beberapa hal agar seseorang tersebut dapat dikatakan sebagai pemimpin yang baik. Seorang pemimpin yang baik sudah seharusnya terhindar dari bebagai macam kejahatan termasuk korupsi. Agar menjadi seorang pemimpin yang ideal, sebelumnya haruslah mendapatkan Pendidikan mengenai kepemimpinan serta mendapatkan bimbingan agar menjadi pemimpin yang menginspirasi banyak orang. 

Pendidikan mengenai seorang pemimpin dapat kita telaah melalui teori -- teori yang telah disampaikan oleh filsuf bernama Aristokles (Plato). Pada teorinya kita akan dapat lebih mengetahui bagaimana cara menjadi sosok pemimpin yang sempurna. Maka dari itu kita akan Bersama sama mempelajari dan mengupas mengenai Teori Plato dengan pendekatan Paideia.

Teori Paideia -- Filsafat Pendidikan, Kekuasaan, Kepemimpinan Plato

Plato, seorang filsuf yang lahir di kota Athena (429-347 SM). Memiliki nama asli Aristokles, nama Plato sendiri merupakan julukan yang diberikan oleh guru senamnya, nama tersebut diberikan karenakan memiliki khas pada bagian tubuhnya, yaitu dahi dan bahu Plato yang lebar sehingga disebut sebagai si lebar (Plato). 

Plato sendiri merupakan pelopor pendidikan pada masa kejayaannya, Ia mendirikan sebuah sekolah yang mempelajari ilmu filsafat dan penelitian, instansi pendidikan itu bernama Akademi Athena di sebuah lahan yang bernama Grove of Academus (hutan academus). Pemikiran teori filsafat Plato sangat memberikan pengaruh dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan politik. Yang salah satunya akan kita bahas kali ini adalah pemikiran mengenai konsep kepemimpinan dan kekuasaan politik.

Paideia

Kata Paideia merupakan kata yang berasal dari Bahasa Yunani kuno yang memiliki pengertian sebagai pendidikan umum. Sistem pendidikan dan pelatihan budaya Yunani dan Romawi kuno. Pagaia juga digunakan dalam matematika, geografi, sejarah alam, tata bahasa, retorika, dan filsafat adalah arti kata Paideia yang sebenarnya. Ini digunakan juga pada istilah latihan seperti senam dan musik. Istilah paideia kemudian digabungkan dengan kata Yunani lainnya, "enkyklios", yang berarti melingkar, berulang, teratur, biasa. Dengan gabungan kedua kata ini, muncullah sebuah istilah menjadi "enkyklios paideia" atau biasanya kita sering dengar sebagai "esiklopedia". Dengan kata-kata ini kita dapat menyebutkan lingkaran besar dalam sistem pendidikan, atau pendidikan holistik dari praktik pembelajaran ilmiah.

Pada umumnya, dalam budaya Yunani kuno dan pada dunia Yunani-Romawi, istilah Paideia  atau biasa kita eja menjadi paideia, mengacu pada pelestarian dan pendidikan anggota ideal sebuah polis atau negara. Ini merupakan penggabungan pendidikan praktis dan kedisiplinan yang berfokus pada aspek sosial setiap individu dalam kelas sosial (aristrokasi) dalam sebuah negara. 

Dari pelatihan ini tidak hanya mencakup mata pelajaran seperti matematika dan kedokteran, tetapi juga mata pelajaran seni liberal modern (retorika, tata bahasa, filsafat, dll.). Orang orang politik dan anggota politik yang ideal serta cocok berkepimpinan adalah dia yang memiliki kecanggihan intelektual, moral, dan fisik, di samping pendidikan moral yang diyakini orang Yunani dapat diberikan melalui studi sastra (musik, puisi dan filsafat), dalam mempelajari senam dan gulat yang memiliki efek pada kekuatan fisik, pelatihan semacam itu juga dihargai.

Orang -- orang Yunani memiliki anggapan bahwa Paideia sebagai kegiatan yang dilakukan oleh orang yang memiliki kelas sosial pada suatu negara (aristocrat) yang bertujuan dan condong untuk mendidik budaya dan ide-ide mereka. Kebudayaan dan pemuda "dibentuk" melalui cita-cita kalos kagathos, yang pengertiannya adalah indah dan baik. Di dalam konsep Pendidikan Paideia Yunani adalah sebuah ide kesempurnaan dan keunggulan. Cara berpikir Yunani adalah "selalu di depan" dan Ide ini disebut arete (yang dimaksud adalah cita-cita tertinggi dari seluruh budaya Yunani).

Pendidikan (paideia) merupakan wahana membimbing murid dari sebuah tempat yg gelap menuju terang (peristrophe) buat mencapai kebenaran/kebijaksanaan (periagoge). Pada sistem paideia terdapat sesuatu yang menarik, hal itu adalah pendidik wajib berfokus dan serius dalam mendidik murid. Semua usaha merupakan bekal pada akhirnya. Lebih lanjut, Plato pula menekankan pentingnya pendidikan melalui permainan & seni. Apabila individu ingin sebagai pemimpin, mereka wajib berfokus bermain melalui permainan yg berkaitan menggunakan pendidikan moral (Plato, 1988).

Dalam penjelasan Plato, Arete adalah kualitas yang membuat seseorang menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bahagia. Keunggulan moral merupakan hal utama dari Arete sendiri. Pejelasan Plato semuanya mengenai Arete adalah titik pencapaian dari sebuah pendidikan. Reid menjabarkan dasar hipotesis Plato bahwa olahraga dapat mengembangkan karakter. Penjelasan itu meliputi; (1) Seseorang itu adalah orang yang atletik (2) Jiwa adalah sumber gerak tubuh. (3) Arete adalah hal yang paling utama dalam jiwa, sama halnya dengan tubuh, dan olahraga menghilangkan kantuk. Berdasarkan hal tersebut, Plato mengemukakan pendapat bahwa pendidikan jiwa adalah pendidikan moral begitu juga sebaliknya, pendidikan moral adalah pendidikan jiwa. Pada kesimpulan Plato gymnastike atau olahraga juga memberikan pengaruh dalam sebuah Pendidikan.

Konsep Kekuasaan -- Politik Plato

Kekuasaan itu sendiri berarti kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain dan bertindak menurut keinginan sendiri (Budiardjo, 2009). Kekuasaan memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan arah kebijakan nasional. Melalui kekuatan besar yang dimiliki penguasa, ia mengontrol tindakan warganya melalui perangkat represif, membuat mereka patuh mematuhi semua perintah dan perintah penguasa. Tentu saja syarat perintah yang harus dipatuhi membawa manfaat dan kebaikan, tetapi perintah yang mendatangkan malapetaka dan merugikan pemerintah tidak perlu dipatuhi, bahkan dikritik atau ditolak. Misalnya melalui kemandirian masyarakat sebagai unit masyarakat madani.

Sebab filsafat politik itu merupakan konsepsi ideal mengenai suatu negara dan kekuasaan, di mana kepentingan bersama dipertaruhkan, dan kepentingan bersama dapat dicapai melalui pengetahuan politik yang baik. Setidaknya menurut Aristoteles atau Plato, filsafat politik ibaratkan sebuah obat bagi penyakit (konflik) agar dapat disembuhkan. Bahkan jika suatu konflik sosial tersebut sulit untuk diselesaikan atau ditenangkan.

Filsafat politik merupakan upaya untuk mencari kebahagiaan atau kesenangan sejati. Kesenangan dan kebahagiaan tertinggi itu dapat dicapai ketika orang-orang dalam konteks politik tidak hanya mengutamakan kesenangan sensual (indrawi). Kebahagiaan politik akan datang ketika orang -- orang lebih menomor satukan kesenangan di dunia idela (sebuah dunia ideal yang terdapat di dalam dunia ideal pula). Oleh karena itu, Plato berkeyakinan bahwa suatu negara akan mewujudkan cita-citanya, dimana semua warganya senang jika negara tersebut di pimpin oleh; raja filsuf. Orang yang sudah mencapai tingkat kebijaksanaan tertinggi adalah Raja Filsuf (dalam terminologi filosofis Plato).

Konsep Kepemimpinan Plato

Plato percaya bahwa manusia memiliki tiga bagian utama. Tiga bagian itu terdiri dari bagian kepala, bagian dada, dan bagian perut. Kepalamu adalah kebijaksanaan, hatimu adalah nafsu, dan perutmu penuh dengan nafsu. Pada konteks kali ini, pemimpin yang ideal adalah orang bijak yang kepalanya (akal) adalah panglima, mereka yang percaya pada akal bisa menjadi pengarah dan sebagai pemimpin baik yang menggunakan akal ketimbang bagian tubuh lainnya. Sedangkan orang yang lebih menggunakan semangat hati yang terbakar -- bakar (dada) lebih ideal menjadi seorang prajurit, dan mereka yang mengutamakan perut lebih ideal menjadi seorang pedagang.

Gagasan Plato bermula dari situasi genting di Athena pascaserangan Sparta. Negara-kota Athena membentuk sistem demokrasi yang akhirnya dihancurkan oleh serangan brutal Negara Kota Sparta, yang merupakan salah satu negara-kota paling kuat di Yunani kuno, negara-kota Sparta membentuk sistem komandan militer dengan kebijakan bahwa setiap warga negara adalah seorang prajurit yang siap dimobilisasi untuk pertempuran besar dan penyerangan negara kota lain. (Menurut Suhelmi, 2007)

Politik Plato merupakan reaksi atas kehancuran negaranya sendiri oleh invasi negara lain, sehingga tidak mengherankan jika filosofi politiknya memengaruhi model pemerintahannya. Pemerintah menghadapi kesulitan dan mungkin menghadapi kebangkrutan elit penguasa. Oleh karena itu, inti dari gagasan Plato adalah bagaimana pemerintahan yang ideal dapat dibentuk menjadi pemerintahan yang kuat, adil, adil dan makmur.

Model bangsa Plato adalah model parenting yang menekankan ide kepemimpinan dan kebaikan. Sayangnya, kisah raja atau ratu seorang filsuf tidak selalu cocok untuk dunia politik (gua gelap). Di bawah keadaan ini, dialektika keadilan dan pendidikan raja atau ratu filsuf masa depan didirikan. Logo raja atau ratu filsuf terdiri dari dua risalah mistik tentang eskatologi.

Menurut Plato, suatu pemerintahan harus dan lebih cocok dipimpin oleh seorang filsuf, seseorang dengan kecerdasan intelektual, cerdik, pandai atau cendikiawan. Maka dari itu kedudukan pemerintahan tidak terbuka bagi semua orang kecuali orang -- orang yang bijaksana dan cerdas yang berhak atas takhta. Pemikiran Plato mengenai seorang filsuf yang lebih pantas menjadi pemimpin memiliki alasan, baginya seorang filsafat lebih mengetahui dan paham mengenai persoalan kehidupan dan jika dibandingkan dengan orang biasa maka tidak sama, karena pada umumnya orang biasa kurang memahami akan hal itu. Alasan lainnya adalah bagi Plato, seorang filsafat memiliki pengetahuan yang amat luas, maka dari itu seorang filsafat akan lebih tahu dalam menentukan kebijakan pemerintahan yang tepat dan cepat dari banyaknya persoalan masalah di kehidupan masyarakat.

Mengikuti inspirasi-inspirasi Plato mengenai training sebagai calon pemimpin masa depan, kita bisa melihat contoh kepemimpinan Northouse ketika ini, yg sinkron menggunakan Plato buat menemukan contoh otentik. Alasan buat ini merupakan bahwa properti & kebenaran Platon, sebagaimana adanya, bisa sebagai mungkin, atau hal-hal tunduk & berkecimpung dalam ketika yg sama.

Penjelasan dari Northhouse mengenai kepemimpinan melayani (kepemimpinan autentik), yaitu kepemimpinan yang cenderung lebih mengedepankan kepentingan para bawahan atau penmgikutnya dibandingkan dengan kepentingan mereka sendiri, dan cenderung sangat fokus pada pengembangan pengikut. Pada kepemimpinan yang melayani akan mengembangkan keterampilan dalam mendengarkan, empati, penyembuhan, kasih sayang, persuasi, konseptualisasi, pandangan ke depan, manajemen, partisipasi dalam pertumbuhan masyarakat, dan juga pembangunan komunitas. kepemimpinan melayani (kepemimpinan autentik) sangat menghargai kedisiplinan diri dan biasanya selalu berjiwa seperti itu. Ia dapat mendengarkan suara hatinya sendiri dan berusaha untuk mendisiplinkan dirinya untuk bergerak maju bahkan jika dalam situasi sulit sekalipun.

bahan-3-636f5eeb08a8b57b1774cae2.png
bahan-3-636f5eeb08a8b57b1774cae2.png
HOW : BAGAIMANA CARA MENJADI PEMIMPIN YANG IDEAL AGAR TERHINDAR DARI KEJAHATAN TERMASUK KORUPSI?

Setelah membaca mengenai teori dan konsep pemikiran Plato, kita dapat mengambil beberapa poin utamanya. Dan dengan berbagai cara, contohnya seperti apa yang sudah di jelaskan, seorang pemimpin harus beretika dan bermoral. Seorang calon pemimpin harus mempelajari pendidikan moral yang dimana itu juga merupakan pendidikan jiwa. Jika jiwa seorang pemimpin itu baik dan sehat maka dengan sendirinya akan membuat seorang pemimpin tersebut bermoral dan beretika. Selain itu seorang pemimpin juga harus lebih mengutamakan menggunakan logika (logistikon) atau bisa juga disebut sebagai akal. Ketika orang yang lebih mengandalkan kepalanya ketimbang perut maka ia tidak akan mengikuti hasrat atau nafsu yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan kejahatan. Seperti contohnya jika seorang pemimpin tidak menggunakan akalnya dan hanya mengikuti hasrat nafsunya yang gila akan uang, maka ia akan terjatuh ke dalam korupsi. Ia akan melakukan segala cara agar mendapatkan uang tersebut tanpa menggunakan logikanya.

Dan jika dilihat dari pendekatan "Paideia" seorang pemimpin haruslah berpengetahuan luas serta cerdas. Tidak hanya itu seorang pemimpin juga harus atletik, berolahraga juga dapat membantu jiwa untuk berkembang. Olahraga juga membantu membuat orang lebih fokus agar tidak mudah dipengaruhi. Dan mengapa orang yang berintelektual tinggi lebih cocok menjadi seorang pemimpin? Karena seseorang dengan kecerdasan tinggi akan dengan baik memilih keputusan yang tepat untuk masalah -- masalah yang terjadi. Tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual dan atletik. Seorang pemimpin haruslah juga seseorang yang bijaksana. Dengan mendapatkan bimbingan moral maka jiwanya pun akan menjadi orang yang bijaksana.

Kecerdasan, bijaksana dan berakal tidaklah cukup. Seseorang itu juga harus beriman. Iman yang kuat akan membantu ia terhindar dari kejatan, termasuk korupsi. Beriman berarti taat akan ajaran agamanya. Orang yang takut akan Tuhan akan lebih sadar akan setiap perbuatan yang ia lakukan.

Terlepas dari itu, nilai integritas juga sama pentingnya. Seseorang yang memiliki dan memahami serta memelihara sikap integritasnya akan menghindarkan seseorang itu dari perbuatan korupsi. Nilai integritas yang dimaksud adalah keselarasan antara pola pikir, perasaan, tindakan serta ucapan yang datang dari hati Nurani. Konsisten dalam bertindak menjadikan seseorang itu memiliki nilai integritas yang baik. Integritas sendiri merupakan hal dasar yang wajib dan sebenarnya sudah ada sejak kita lahir. Lebih ke bagaimana kita mempelajari dan konsisten dalam bertindak sesuai dengan integritas. Nilai integritas terbagi menjadi Sembilan bagian, (1) Jujur (tidak suka berbohong, curang), (2) Tanggung Jawab (Bertindak atas setiap perbuatan yang ia lakukan), (3) Disiplin (komitmen dalam menghargai waktu), (4) Mandiri (kuat untuk berdiri sendiri), (5) Kerja Keras (bersungguh -- sungguh atas apa yang ia kerjakan), (6) Sederhana (bersahaja), (7) Berani (Mengambil resiko terhadap sesuatu), (8) Adil (tidak memilih -- milih atau membedakan), (9) Peduli (memperhatikan sekitar). Penerapan nilai nilai ini tidak hanya dilakukan pada saat bekerja saja tetapi harus sudah ditanamkan sejak kecil agar dapat menjadi pemimpin yang ideal. Maka dari itu seseorang tidak hanya harus cerdas, tetapi harus berjiwa dan bermoral baik serta tidak menyepelekan kesehatan tubuh (kebugaran jasmani).

Sumber :

https://www.lenterapedia.com/pengertian-istilah-kata-pedia

https://www.qureta.com/post/filsafat-politik-plato-dan-aristoteles

https://hmn.wiki/id/Paideia

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-palu/baca-artikel/14814/Cegah-Korupsi-dari-Diri-Sendiri.html

https://www.sosiologi79.com/2020/03/pengertian-kejahatan-menurut-para-ahli.html

https://psikologi.unair.ac.id/id_ID/artikel-mengapa-orang-melakukan-kejahatan/

https://www.bola.com/ragam/read/5048181/pengertian-korupsi-menurut-para-ahli-ketahui-penyebabnya

https://www.researchgate.net/publication/355444618_PLATO_DAN_KEPEMIMPINAN_POLITIK

https://www.researchgate.net/publication/320718046_Resensi_Paideia-Filsafat_Pendidikan-Politik_Platon

https://ejournal.insuriponorogo.ac.id/index.php/qalamuna/article/view/685

Modul K9

Modul K10

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun