Mohon tunggu...
Jovin VerenMarfella
Jovin VerenMarfella Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana

42321010081 - Dosen pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak - Desain Komunikasi Visual

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB2: Pencegahan Korupsi, dan Kejahatan Pendekatan Paideia

11 November 2022   03:37 Diperbarui: 12 November 2022   15:53 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penjelasan dari Northhouse mengenai kepemimpinan melayani (kepemimpinan autentik), yaitu kepemimpinan yang cenderung lebih mengedepankan kepentingan para bawahan atau penmgikutnya dibandingkan dengan kepentingan mereka sendiri, dan cenderung sangat fokus pada pengembangan pengikut. Pada kepemimpinan yang melayani akan mengembangkan keterampilan dalam mendengarkan, empati, penyembuhan, kasih sayang, persuasi, konseptualisasi, pandangan ke depan, manajemen, partisipasi dalam pertumbuhan masyarakat, dan juga pembangunan komunitas. kepemimpinan melayani (kepemimpinan autentik) sangat menghargai kedisiplinan diri dan biasanya selalu berjiwa seperti itu. Ia dapat mendengarkan suara hatinya sendiri dan berusaha untuk mendisiplinkan dirinya untuk bergerak maju bahkan jika dalam situasi sulit sekalipun.

bahan-3-636f5eeb08a8b57b1774cae2.png
bahan-3-636f5eeb08a8b57b1774cae2.png
HOW : BAGAIMANA CARA MENJADI PEMIMPIN YANG IDEAL AGAR TERHINDAR DARI KEJAHATAN TERMASUK KORUPSI?

Setelah membaca mengenai teori dan konsep pemikiran Plato, kita dapat mengambil beberapa poin utamanya. Dan dengan berbagai cara, contohnya seperti apa yang sudah di jelaskan, seorang pemimpin harus beretika dan bermoral. Seorang calon pemimpin harus mempelajari pendidikan moral yang dimana itu juga merupakan pendidikan jiwa. Jika jiwa seorang pemimpin itu baik dan sehat maka dengan sendirinya akan membuat seorang pemimpin tersebut bermoral dan beretika. Selain itu seorang pemimpin juga harus lebih mengutamakan menggunakan logika (logistikon) atau bisa juga disebut sebagai akal. Ketika orang yang lebih mengandalkan kepalanya ketimbang perut maka ia tidak akan mengikuti hasrat atau nafsu yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan kejahatan. Seperti contohnya jika seorang pemimpin tidak menggunakan akalnya dan hanya mengikuti hasrat nafsunya yang gila akan uang, maka ia akan terjatuh ke dalam korupsi. Ia akan melakukan segala cara agar mendapatkan uang tersebut tanpa menggunakan logikanya.

Dan jika dilihat dari pendekatan "Paideia" seorang pemimpin haruslah berpengetahuan luas serta cerdas. Tidak hanya itu seorang pemimpin juga harus atletik, berolahraga juga dapat membantu jiwa untuk berkembang. Olahraga juga membantu membuat orang lebih fokus agar tidak mudah dipengaruhi. Dan mengapa orang yang berintelektual tinggi lebih cocok menjadi seorang pemimpin? Karena seseorang dengan kecerdasan tinggi akan dengan baik memilih keputusan yang tepat untuk masalah -- masalah yang terjadi. Tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual dan atletik. Seorang pemimpin haruslah juga seseorang yang bijaksana. Dengan mendapatkan bimbingan moral maka jiwanya pun akan menjadi orang yang bijaksana.

Kecerdasan, bijaksana dan berakal tidaklah cukup. Seseorang itu juga harus beriman. Iman yang kuat akan membantu ia terhindar dari kejatan, termasuk korupsi. Beriman berarti taat akan ajaran agamanya. Orang yang takut akan Tuhan akan lebih sadar akan setiap perbuatan yang ia lakukan.

Terlepas dari itu, nilai integritas juga sama pentingnya. Seseorang yang memiliki dan memahami serta memelihara sikap integritasnya akan menghindarkan seseorang itu dari perbuatan korupsi. Nilai integritas yang dimaksud adalah keselarasan antara pola pikir, perasaan, tindakan serta ucapan yang datang dari hati Nurani. Konsisten dalam bertindak menjadikan seseorang itu memiliki nilai integritas yang baik. Integritas sendiri merupakan hal dasar yang wajib dan sebenarnya sudah ada sejak kita lahir. Lebih ke bagaimana kita mempelajari dan konsisten dalam bertindak sesuai dengan integritas. Nilai integritas terbagi menjadi Sembilan bagian, (1) Jujur (tidak suka berbohong, curang), (2) Tanggung Jawab (Bertindak atas setiap perbuatan yang ia lakukan), (3) Disiplin (komitmen dalam menghargai waktu), (4) Mandiri (kuat untuk berdiri sendiri), (5) Kerja Keras (bersungguh -- sungguh atas apa yang ia kerjakan), (6) Sederhana (bersahaja), (7) Berani (Mengambil resiko terhadap sesuatu), (8) Adil (tidak memilih -- milih atau membedakan), (9) Peduli (memperhatikan sekitar). Penerapan nilai nilai ini tidak hanya dilakukan pada saat bekerja saja tetapi harus sudah ditanamkan sejak kecil agar dapat menjadi pemimpin yang ideal. Maka dari itu seseorang tidak hanya harus cerdas, tetapi harus berjiwa dan bermoral baik serta tidak menyepelekan kesehatan tubuh (kebugaran jasmani).

Sumber :

https://www.lenterapedia.com/pengertian-istilah-kata-pedia

https://www.qureta.com/post/filsafat-politik-plato-dan-aristoteles

https://hmn.wiki/id/Paideia

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-palu/baca-artikel/14814/Cegah-Korupsi-dari-Diri-Sendiri.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun