Kurangnya kepercayaan diri pada subjek dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tekanan dan tuntutan dari lingkungan sekitarnya. Subjek ketakutan akan mengalami kegagalan dalam kehidupan karena pernah dikritik dengan keras oleh keluarganya yang menjadikan pengalaman ini bisa memengaruhi rasa percaya dirinya.
Subjek juga menghadapi masalah dalam mengelola stres. Menjadi mahasiswa semester enam tentu membawa tuntutan yang tinggi, terutama dalam hal akademik. Adanya deadline yang ketat, tekanan dari tugas dan ujian, serta tanggung jawab dalam mengatur waktu studi, semuanya bisa menambah tingkat stres. Namun, subjek cenderung memendam stres ini daripada mencari cara untuk mengatasinya. Akibatnya, karena stres yang tidak tertahan, subjek sering mudah tersinggung dan bereaksi secara berlebihan terhadap situasi kecil. Hal ini seperti yang terjadi pada jurnal kemanusiaan penelitian tahun 2009 yang telah melakukan uji berdasarkan analisis korelasi pearson yang telah dijalankan, kajian menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara sumber stres keseluruhan dan stres pelajar (Bullare & Ismail, 2009).
Hal ini perlu mendapatkan penanganan agar subjek dapat mengelola stres dengan lebih baik. Salah satu langkah yang bisa diambil adalah dengan mencari dukungan dari orang terdekat atau mencari bantuan profesional seperti psikolog. Mereka dapat membantu subjek untuk mengatasi masalah yang dihadapi dan memberikan cara-cara dalam melakukan coping stress yang berarti subjek juga perlu belajar untuk mengelola stres dengan baik. Mungkin subjek dapat mengikuti aktivitas yang diminati seperti olahraga, atau menemukan hobi yang dapat menjadi pelarian untuk mengurangi stres. Penerapan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga juga bisa membantu subjek untuk menenangkan pikiran dan mengendalikan emosi.
Masalah subjek yang merasa tertutup dan kurang percaya diri serta masalah mengelola stres adalah hal yang serius dan perlu diperhatikan. Subjek perlu mencari dukungan dari orang-orang terdekat atau profesional untuk mengatasi masalah ini. Dalam prosesnya, subjek juga perlu menyadari bahwa mengembangkan kepercayaan diri adalah tugas yang membutuhkan waktu dan kerja keras. Setiap langkah kecil yang diambil akan membawa subjek lebih dekat menuju perasaan percaya diri dan stabilitas emosional.
Hasil Pemeriksaan
Diagnosis hasil asesmen yang dilakukan, subjek memiliki sifat yang tertutup, kurang membuka diri dan menjaga jarak, terkesan formal. Cenderung tertutup dan berhati-hati dalam melibatkan diri dengan orang lain. Subjek cenderung menyendiri dan lebih perhatian pada permasalahan intelektual, mekanis atau hal-hal lain yang menyenangkan dengan kesendirian, dimana subjek dapat cukup efektif dengan situasi tersebut.
Cepat bereaksi, mudah marah dan temperamental. Subjek memiliki kesenjangan pengendalian diri dan berdampak pada usahanya di rutinitas keseharian, mudah mengalami kesulitan dalam beradaptasi atau penyesuaian lingkungan. Reaktif juga bisa menjadi gambaran situasi menekan pada saat ini atau juga sebagai karakteristik pribadi seseorang. Disatu sisi subjek merupakan pemalu dan kurang percaya diri namun masih terbatas dalam lingkup sosial, sensitif dan mudah tersinggung. Sulit berbicara di hadapan kelompok dan merasa terintimidasi apabila dihadapkan pada situasi yang menekan secara interpersonal. Disatu sisi subjek cukup sensitif sebagai pendengar dan lebih cepat paham terhadap suatu resiko dari situasi.
Prediksi
Berdasarkan hasil asesmen psikologi yang telah dilakukan terkait dengan potensi dan kelebihan subjek, maka dapat diprediksikan, subjek terhadap hasil intervensi adalah positif. Hal ini dikarenakan subjek memiliki komitmen yang kuat untuk menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya. Subjek menjadi lebih terbuka, kompetitif dan menekan. Subjek menjadi cenderung vokal dalam mengekspresikan pendapat dan harapan. Secara pribadi dapat membuat perintah, mengendalikan situasi sosial, namun pada waktu bersamaan masih dapat terlihat sebagai orang yang arogan, keras kepala atau banyak dalih. Subjek lebih jelas sebagai pribadi yang argumentatif apabila didukung oleh skor A yang tinggi.
Subjek memiliki kemampuan imajinatif, kontemplatif dan berorientasi pada ide. Subjek akan lebih berorientasi pada ide daripada fakta-fakta yang ada. Terfokus pada pikiran, imajinasi dan fantasi. Hal ini seringkali menghasilkan gagasan dan teori-teori yang seringkali kreatif. Subjek merasa harus melindungi diri dan terkadang enggan untuk membuka diri terhadap hal-hal pribadinya karena berhati-hati dalam mengungkapkan segala sesuatu mengenai dirinya sendiri dan memperhitungkan mengenai motivasi orang lain, sehingga subjek dapat menjaga privasi dan sedikit dalam mengembangkan keterdekatan hubungan/cenderung menjaga jarak.
Percaya dengan diri sendiri, penyendiri dan indvidiualistik, subjek menikmati kesendirian dan memilih melakukan kegiatan berpikir dan mengambil keputusan sendiri. Otonomi tinggi dalam berpikir dan bertindak.Namun subjek masih kurang nyaman bekerjasama dengan orang lain atau cenderung menghindar dari konsekuensi interpersonal.