Pintu kamar terbuka. Aku terkejut, tertidur rupanya aku tadi. Kudongakkan kepala. Kulihat Ira masuk ke kamar dengan mata sembab.
"Hei kenapa matamu?"
Ia tak menjawab. Meletakkan tas sekolah di lantai papan, sebab aku memang belum bisa membelikannya meja belajar. Langkahnya mendekat.
"Kak"
Ia merebahkan kepalanya di lututku. Kuelus rambut lurusnya, beda sekali dengan rambut ikalku.
"Hmm.."
"Maukah kakak mengabulkan satu permintaanku?"
"Apa?"
"Izinkan aku berhenti sekolah!"
Elusanku berhenti. Kutatap matanya. Tak mengerti. Perlahan, pipinya basah.
"Kalau aku berhenti sekolah, uang biaya sekolahku kan bisa untuk bayar hutang dan beli lauk kita. Jadi bapak tak perlu memukul ibu lagi karena tak ada lauk"