Aku terkejut dengan kalimat terakhirnya.
"Bu"
"Aku memang hanya seorang wanita. Tapi tidak ada wanita yang lemah. Kalaupun selama ini aku tak melawan itu semata-mata aku sedang menahan agar sabarku tak pergi. Sebab jika sabarku hilang, aku jauh lebih kuat darinya"
Ibu menceracau. Aku bergidik mendengar kalimatnya.
"Kau juga harus menjadi seperti itu. Jadilah wanita yang sabar dan lemah lembut. Namun jika sabar dan kelembutanmu tak juga membuatnya sadar, kau boleh melepas baju sabar dan wajah lembutmu. Biar mereka tahu, wanita bukan makhluk lemah"
Kupeluk ibu yang masih saja menceracau dan memandang kosong ke air sungai Deli yang keruh. Ibu, hatinya pasti sedang terluka parah hingga kalimatnya ngelantur.
"Pembawa sial! Siapkan makanan untukku"
"Tak ada lagi uang untuk membeli makanan bang"
"Makanya cari! Wanita bodoh"
Gedebak!!
Bapak mendorong ibu hingga terjatuh dan menghantam pintu dapur. Aku dan Ira kaget melihat kepala ibu mengeluarkan darah.