Kerumunan pun bubar setelah membaca pengumuman itu, begitu juga aku yang langsung melanjutkan perjalanan pulang
"Cepat kali kau pulang, kenapa?" tanya mommy yang sedang sibuk masak di tungku ditemani makhluk bulat aneh berwarna biru yang duduk menghadap tungku sambil meratap pilu dalam bahasa aneh. mirip dengan bahasa yang digunakan oleh Miyabi, Artis Top dari negeri seberang yang filmnya tak pernah kutonton sama sekali.
"ladangku dirusak orang, mom! besoklah kuperbaiki"
"Apa itu yang kaubawa?"
"Peralatan komputer, sudah rusak, kutemukan di ladang, lumayanlah kalau bisa kuperbaiki, aku jadi punya dua komputer, bisa akses kompasiana pakai dua akun berbarengan sekaligus, tak perlu lagi harus logout dulu. hei! siapa itu mommy yang duduk disampingmu?"
"Entahlah, Tadi pagi kujumpai mondar-mandir dibelakang rumah persis dibelakang kamar si cinta, kusuruh masuk saja, kasian, sepertinya ia buka warga desa ini, dari tadi bicaranya aneh"
"Mengapa ia menangis?"
"Itu dia anehnya! begitu kusuruh masuk, tak lama setelah melihat tungku kayu bakarku, ia langsung menangis di depan tungku api dan tumpukan kayu bakar disebelahnya. pagi ini pun cukup aneh, tadi di belakang kamar si cinta, kujumpai ada pintu yang berdiri walau tanpa penyangga. kubelah saja, lumayanlah buat kayu bakar pikirku. eh jadi tadi kau serahkan stempel masmu?"
"Stempel? owalahhhh lupa aku mom, kutinggalkan di ladang tadi"
"ARRRIIFFFFF!!!!!!!"
Dalam hitungan detik akupun segera lari keluar rumah sambil menghindari benda2 dapur yang berterbangan melawan gravitasi kearahku, meninggalkan mommy dan makhluk bulat biru itu yang terus menangis dan berkata dalam bahasa aneh yang kalau diterjemahkan seperti ini "Huuuuuuuuaaaaa.... Pintu-kemana-saja kuuuuuu.... gak bisa pulangggg!!!!!"